Surabaya (ANTARA) - Akhir-akhir ini istilah "THRE3 MAS KADA" menjadi pembicaraan hangat di kalangan warga di wilayah Surabaya Raya, Jawa Timur, meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo.

"THRE3 MAS KADA" sendiri adalah penyebutan dari tiga kepala daerah yang masih muda-muda di wilayah Surabaya Raya, meliputi Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali dan Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani. Mereka berupaya bersinergi membangun wilayah Surabaya Raya secara bersama.

Istilah tersebut muncul dari diskusi bertajuk “Collabo Leaders, THRE3 MAS KADA” yang digelar Radio Suara Surabaya (SS) dan disiarkan di semua kanal media sosial Suara Surabaya Media pada Senin, 5 Maret 2021.

Acara tersebut dihadiri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali dan Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani. Mereka bertemu bertemu di ruang forum Suara Surabaya Media.

Pencetus awal dari istilah "THRE3 MAS KADA" adalah Pimpred sekaligus Manager Produksi Suara Surabaya Media Eddy Prasetyo.

"Saya 'floorkan saja di SS. Prinsipnya, ini simbolika yang SS deliver, terserah mau dipakai publik atau tidak. Intinya gak keberatan, malah mesam-mesem saat lihat simbolika itu," kata Eddy kepada ANTARA di Surabaya, Kamis.

Eddy menjelaskan bahwa "THRE3" adalah tiga, merupakan simbol atau semiotika. E dan 3 adalah sudut yang saling bertemu. Makanya dalam istilah itu diberi huruf kapital untuk menunjukkan bahwa mereka adalah 3 orang besar dalam dalam abjad yang punya tiga sudut saling bertemu.

"Itu memakai font film 'Three Mustaketeers'. Mitos 'three musketeers' di sejarah Eropa kan pertalian kolaborasi tiga bangsawan untuk melawan kezaliman. Kolaborasi untuk kebaikan," ujarnya.

Menurut Edi, sebelum acara diskusi dimulai, diawali dengan komposisi all for love (Bryan Adams, Rod steward, Sting). Pengantar menunjukkan kekuatan mereka bertiga demi cinta kepada konsituennya masing-masing.

Sedangkan istilah "MAS" adalah karena mereka masih muda-muda menjadi "KADA" atau kepala daerah. Spirit mas dalam budaya Jawa itu bisa dikatakan egaliter. Tapi juga ada unsur saling menghormatinya. Mas itu juga simbolik yakni muda yang energik.

Selain juga untuk menangkap segmen-segmen generasi 90-an yang sekarang megang kendali dan pengambil keputusan, mereka punya pengalaman tentang Film "Three Mustaketeers" itu dan mampu menangkap makna simbolnya.

Selain istilah, dalam foto "THRE3 MAS KADA", Eri Cahyadi berada di tengah dan agak maju di antara Muhdlor dan Fandi karena mereka sepakat Eri Cahyadi sebagai imamnya. Itu tersampaikan di diskusi live Suara Surabaya.

Menurut Eddy, simbolika itu penting untuk mengikat mereka dalam spirit yang sama. Tapi yang lebih penting, hasil kerja mereka karena percuma runtang-runtung bertiga tapi tidak punya hasil kerja untuk konstituen masing-masing. Kolaborasi ini hanya untuk supaya mereka gerak dalam satu goal yang sama dan berkomunikasi.

Baca juga: Khofifah minta Pemkot Surabaya bersinergi dengan Pemprov Jatim

Pentingnya Kolaborasi
Sekitar 15 persen dari 40 juta penduduk di Jatim ada di Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik. Kesatuan daerah yang mulai akrab dikenal Surabaya Raya.

Data yang ada menunjukkan, perputaran ekonomi di tiga daerah ini menyumbang 40 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim. Industri yang ada di tiga daerah ini juga menjadi penentu pertumbuhan ekonomi di Jatim yang selalu melebihi pertumbuhan ekonomi nasional.

Surabaya sebagai pusat bisnis dan perdagangan mengandalkan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Sidoarjo dan Gresik pada industri manufaktur. Masyarakat tiga daerah ini pun saling terkoneksi. Mereka adalah masyarakat komuter. Tinggal di salah satu daerah tapi bekerja di daerah lain, begitu pun sebaliknya.

Konektivitas ketiga daerah Surabaya Raya inilah yang akan mendukung percepatan pembangunan ekonomi di wilayah Gerbangkertosusila. Ketiganya jadi penggerak pembangunan kawasan yang termaktub dalam Peraturan Presiden 80/2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Jatim.

Pasca-pemilihan kepala daerah 2020, muncul tiga pemimpin muda di daerah itu. Ketiganya berkomitmen membangun komunikasi dan kolaborasi. Masing-masing kepala daerah itu sedang menjalani ujian 100 hari kepemimpinan. Di luar itu, visi dan solusi bersama untuk Surabaya Raya juga sedang mereka siapkan.

Bahkan menjelang pelantikan, Eri Cahyadi juga sudah memulainya dengan mengajak bertemu satu meja dengan dua kepala daerah terpilih di wilayah Surabaya Raya. Pertemuan itu digelar di salah satu hotel di Kota Surabaya pada Minggu, 21 Februari 2021. Mereka membahas kesepahaman terkait integrasi sejumlah program pembangunan di kawasan Surabaya Raya.

"Kami berbicara menyamakan frekuensi, sambil saling bercanda, casual meeting-lah. Ini penting, karena sesungguhnya Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik saling berhubungan, relasinya sangat dekat, terutama mobilitas warganya yang saling terkoneksi. Semoga pertemuan ini membawa barokah," kata Eri Cahyadi.

Gotong royong skala Jatim, nasional, dan bahkan global adalah komitmen ketiga kepala daerah untuk membawa masing-masing daerah semakin maju. Terdapat lima hal yang dibahas dan disepakati dalam pertemuan selama 120 menit dengan protokol kesehatan tersebut, yakni integrasi penanganan pandemi COVID-19, manajemen transportasi terpadu, manajemen sungai terpadu, pengembangan manajemen pengetahuan untuk meningkatkan kualitas inovasi antar-daerah, dan infrastruktur jalan.

Eri mencontohkan terkait penanganan pandemi, berbagai kebijakan tiga daerah ini harus sinergis dan saling support. Selain aspek pencegahan, untuk tracing semestinnya bisa saling dukung jika memang pasiennya punya mobilitas di antara daerah-daerah ini.

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan keterpaduan program antardaerah sangat penting. Ia mencontohkan terkait manajemen transportasi terpadu, telah dibahas beberapa skema. Tentunya hal itu akan konsultasikan ke Pemprov Jatim dan pemerintah pusat.

Muhdlor menambahkan ketiga daerah juga sepakat membangun sistem knowledge management atau manajemen pengetahuan yang memungkinkan adanya replikasi inovasi antardaerah. Dengan manajemen pengetahuan, ide dan gagasan inovatif antardaerah saling bisa diakses, sehingga mendorong kolaborasi dalam melahirkan pelayanan terbaik untuk masyarakat.

Selain itu, ketiga daerah juga akan intens membahas program bersama yang bisa berdampak pada percepatan pemulihan ekonomi rakyat di masing-masing daerah, misalnya dengan membuat program bersama untuk UMKM, tenaga kerja, industri, dan sebagainya.

Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani juga mencontohkan pentingnya integrasi program terkait manajemen penanganan banjir. Misalnya, soal banjir Kali Lamong yang merupakan problem klasik di kabupaten tersebut. Menurutnya, penanganan banjir Kali Lamong harus terintegrasi secara kelembagaan, karena secara kewilayahann, memang pengaturan sungai dan sistem pengendali banjir Kali Lamong tersebar di Gresik, Mojokerto, dan Surabaya.

Selain itu, integrasi pembangunan infrastruktur jalan juga mutlak dilakukan. Ia mencontohkan Pemkot Surabaya yang sedang merapungkan Jalan Lingkar Luar Barat yang bakal terhubung dengan tol Surabaya-Gresik dan Teluk Lamong, hingga ke kawasan Menganti, Gresik.

Demikian pula perlunya jalan baru Surabaya-Gresik, termasuk membikin jembatan yang membuka akses anyar antardaerah tersebut. Jika nanti semuanya terpadu, poros Surabaya Raya bakal semakin tertata, modern, hijau, dan berkelanjutan.

Baca juga: Tiga kepala daerah terpilih bahas integrasi program Surabaya Raya

Investasi
Tidak hanya itu, "THRE3 MAS KADA" juga bersinergi membahas investasi. Tiga kepala daerah itu bertemu dalam satu meja di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Jl. Walikota Mustajab, Surabaya, Kamis, 18 Maret 2021. Pertemuan ini juga dihadiri Bahlil Lahadalia Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Bahlil mengatakan pertemuan ini dalam rangka singkronisasi dan koordinasi untuk melakukan percepatan implementasi Undang-undang Cipta Kerja dalam rangka kemudahan berusaha, sekaligus menggali investasi apa yang akan dibawa ke Jawa Timur khususnya, Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo.

Menurut Bahlil, ternyata setelah berdiskusi, 40 persen lebih Produk Domestik Bruto (PDB) Provinsi Jawa Timur ada di tiga wilayah ini. Untuk itu, ia optimistis tiga daerah akan bersinergi dengan pemenerintah pusat. Sebagai sahabat, mencoba mencari terobosan-terobasan baru dalam rangka meningkatkan investasi.

Tujuannya menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan ekonomi. Selain itu, Bahlin mengatakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Timur punya potensi yang sangat luar biasa. UMKM adalah salah satu fondasi ekonomi nasional yang harus didorong bersama-sama. Ia melihat komitmen tiga kepala daerah ini sangat luar biasa ke depan. Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo akan semakin berkembang.

Terkait rencana investasi, Bahlil menyampaikan, bulan depan pihaknya akan melakukan rapat koordinasi bersama Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Timur untuk memetakan investasi secara tepat (Manda/SS, 2020).

Eri Cahyadi mengatakan terkait kolaborasi antara Surabaya, Gresik dan Sidoarjo, Eri menyatakan bakal terus diperkuat. Ketiga kepala daerah tersebut sudah bertemu beberapa kali untuk mendetailkan kolaborasi.

"Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik punya saling keterkaitan. Industrinya, UMKM-nya, transportasinya kita kolaborasikan agar tercipta dampak optimal ke masyarakat," kata Eri.

Baca juga: Kepala BKPM bertemu tiga kepala daerah di Surabaya Raya

Hilangkan Ego Sektoral
Anggota Komisi A Bidang Hukum dan pemerintahan DPRD Surabaya Arif Fathoni mengaku optimistis, upaya sinergitas yang dilakukan tiga Kepala Daerah di Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik dapat menghilangkan ego sektoral yang selama ini terjadi.

Arif melihat, pertemuan antara Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya, Ahmad Muhdlor Ali Bupati Sidoarjo, dan Fandi Akhmad Yani Bupati Gresik beberapa waktu lalu dapat mewujudkan pembangunan di tiga daerah dan terkoneksi dengan baik.

"Saya optimistis di tangan beliau-beliau ini segala hambatan birokrasi, yang mungkin saja selama ini terjadi ego sektoral antar daerah, Insya Allah di bawah kepemimpinan beliau itu akan hilang. Saya mengenal Mas Muhdlor, Mas Yani dan Mas Eri ini komunikasinyai humble," katanya.

Arif menyebut ego sektoral di tiga daerah itu seperti pembangunan di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik yang selama ini kurang terkoneksi dengan baik. Padahal, ketiga daerah tersebut memiliki ketergantungan satu sama lain. Banyak warga Sidoarjo dan Gresik yang bekerja di Surabaya, dan begitu juga sebaliknya.

Untuk itu, ia berharap Surabaya Raya di bawah kepemimpinan tiga kepala daerah ini, transportasi massal di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik terjadi konektivitas. Arif mencontohkan soal polemik pengelolaan Terminal Bungurasih di Sidoarjo atau dengan Gresik yang di perbatasan-perbatasan itu nyaris tidak terkoneksi dengan baik.

Selain di bidang transportasi massal, Fathoni juga berharap Eri Cahyadi, Gus Muhdlor dan Gus Yani dapat bersinergi juga dengan Pemprov Jatim dalam rencana pembangunan baik RPJMN dan RPJMD provinsi baru bersinergi dengan RPJMD di kabupaten/kota di Surabaya Raya.

Semoga dengan adanya sinergi antara tiga kepala daerah ini tidak ada yang saling menyalahkan siapa yang bertanggung jawab jika Kali Lamong yang sering meluap. Begitu juga antara Surabaya dan Sidoarjo yang harus dicarikan solusinya agar terpecahkan problemnya. Tidak hanya itu, permasalahan lainnya seperti Terminal Purabaya yang berada di perbatasan Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.

Tentunya sinergitas ini perlu kerja nyata yang tidak saling merugikan antara tiga daerah itu. Apa saja yang menjadi masalah kepentingan publik, ini harus dipecahkan segera. Belum lagi tentang warga Sidoarjo dan Gresik yang bekerja di Surabaya begiru juga sebaliknya. Diskusi ketiga kepala daerah mestinya juga harus melibatkan anggota DPRD setempat karena menyangkut anggaran, masalah infrastruktur jalan dan sebagainya.

Baca juga: Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik ingin mengakhiri PSBB

Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021