Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Mathla'ul Anwar (PBMA) KH Oke Setiadi Affendi mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada kontradiksi antara hukum dan beragama sehingga dengan memberikan pemahaman agama yang benar mendukung kepatuhan masyarakat terhadap hukum.

Karena bila masyarakat memahami agama dengan lurus, menurut dia dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis, masyarakat juga akan taat kepada hukum. Oleh karena itu perlu sebuah usaha untuk mengembalikan pemahaman beragama yang benar ini kepada masyarakat.

“Kenapa di antara ‘saudara-saudara’ atau ‘teman-teman’ kita itu memiliki pemahaman bahwa antara beragama itu bertabrakan dengan bernegara ? Ini karena mereka punya pemikiran beragama yang tidak shohih atau tidak benar dan sempit,” ujar KH Oke Setiadi Affendi.

Lebih lanjut, pria yang juga dosen bidang Ekonomi Islam di Universitas Mathla'ul Anwar itu menyebut bahwa sangat berbahaya sekali bagi bangsa ini karena ketidaktaatan warganya pada hukum, yang berakibat runtuhnya persatuan dan kerukunan.

Menurutnya, negara ini bisa bubar kalau masyarakatnya tidak taat, karena beragama harus punya pemahaman keagamaan yang benar sehingga nantinya bisa melahirkan cara bernegara yang benar.

Baca juga: PB MA: Mathla'ul Anwar tidak ajarkan radikalisme dan ekstrimisme

Baca juga: PB Mathla’ul Anwar Kerjasama dengan Madrasah Singapura


“Jadi masyarakat itu harus dipandu secara jelas dan teknis. Apalagi generasi muda, jangan dibiarkan lepas begitu saja. Jika diperlukan mata pelajaran hukum dan bernegara ada di sekolah-sekolah untuk membuat masyarakat bisa memahami bagaimana bernegara yang baik. Dan itu sekaligus untuk membentuk akhlak yang mulia juga,” tutur pria yang juga sebagai Council Member of UNIW (Union NGO’s of Islamic World) itu.

Oleh sebab itu, Oke berpendapat peran para guru-guru agama agar melahirkan siswa dengan pemahaman agama yang benar sangat besar. Begitu pula para pemuka agama.

“Jadi jangan hanya menggantungkan dengan para pemuka (masyarakat) saja. Jika perlu ajak para pemuka agama untuk mendidik generasi muda biar mereka menyampaikan dengan generasi lagi di bawahnya baik itu ke generasi X dan generasi Z, agar nyambung bahasanya,” ujar Oke.

Peraih gelar Master dari International Institute of Islamic Economic Islamabad Pakistan itu juga menyampaikan agar para tokoh masyarakat untuk bisa memberikan pemahaman kepada para generasi muda agar taat pada aturan itu melalui teman sebayanya. Teman sebayanya itu dipilih oleh para pemuka agama yang mungkin telah mengenal karakter kepribadian-nya.

"Tetapi harus diingat bahwa kita harus tetap mematuhi dan taat pada aturan hukum yang berlaku di negara kita ini. Maka kalau ada budaya atau apalah yang tidak sesuai dengan aturan yang melawan hukum dan budaya yang tidak sesuai dengan negara kita ya jangan dibawa masuk. Karena itu nanti bisa merusak peradaban bangsa kita," katanya.

Selain itu ia juga mengungkapkan agar sering-sering diadakan pertemuan terbuka maupun pertemuan informal. Karena dengan sering ketemu dengan para pemuka agama ataupun tokoh masyarakat baik di sektor formal atau informal, generasi muda bisa dirangkul.

Menurut dia, mustahil bisa merangkul kalau tidak pernah ketemu.

“Demikian juga pemerintah juga harus turut serta untuk bertemu dengan para tokoh-tokoh itu, menyampaikan kepada pemuka masyarakat juga melalui tokoh agamanya supaya biar mudah nyambung, terkoneksi,” ujarnya.

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021