Kathmandu (ANTARA) - Ribuan orang Bhutan melakukan perjalanan ke sekolah dan gedung umum untuk vaksinasi pada Sabtu ketika kerajaan Himalaya itu meluncurkan upaya inokulasi terbesarnya melawan COVID-19 dengan suntikan AstraZeneca yang diberikan oleh negara tetangga India.

Ninda Dema, seorang wanita berusia 30 tahun yang lahir di tahun Monyet menurut astrologi Buddha, menjadi orang pertama di negara itu yang menerima suntikan di pusat vaksinasi sekolah di ibu kota Thimphu, sebuah peristiwa yang disiarkan langsung di televisi.

Ninda, seorang birokrat, melipat lengan jaketnya dan menekan telapak tangannya dengan sikap tradisional salam dan doa saat dia menerima dosis dari perawat bermasker di tengah penerangan lampu mentega dan nyanyian doa Buddha. Perawat itu juga lahir di tahun Monyet yang sama.

Tahun-tahun Buddhis disebut mengikuti 12 nama hewan seperti kambing, ayam jantan, babi, dan para penganut agama percaya bahwa orang yang lahir pada tahun Monyet adalah penemu dan dapat memecahkan masalah yang paling sulit dengan mudah.

"Biarkan langkah kecil saya hari ini membantu kita semua mengatasi penyakit ini," kata Ninda seperti dikutip oleh surat kabar Kuensel setelah terpilih untuk mengambil suntikan pertama.

Bhutan telah mampu memperlambat penyebaran virus dengan penyaringan dan pemantauan awal di titik masuk, pengujian, dan penutupan perbatasan.

Total infeksi mencapai 870 dengan satu kematian akibat COVID-19 sejak pandemi dimulai, menurut data pemerintah.

Dalam kampanye selama seminggu, negara mayoritas Buddha, yang berada di antara China dan India itu, berharap dapat menyuntik lebih dari setengah juta orang yang telah mendaftar untuk divaksinasi.

Sebuah negara berpenduduk sekitar 800.000 orang,  Bhutan menerima 150.000 dosis vaksin yang diproduksi oleh Serum Institute of India pada Januari.

Tetapi tidak seperti negara tetangga Nepal yang telah menangguhkan kampanye karena kurangnya vaksin, pihak berwenang di Bhutan menunggu 400.000 suntikan lagi yang diberikan bulan ini untuk memulai kampanye sekaligus.

Negara yang berpanorama itu, yang sangat bergantung pada turis kelas atas, terkenal dengan indeks kebahagiaan nasional brutonya sebagai alternatif dari produk domestik bruto untuk menunjukkan kemajuan atau pembangunan ekonomi yang nyata.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021