Lebak (ANTARA) - Museum Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten tahun ini menargetkan angka kunjungan wisatawan hingga 30.000 orang, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

"Kita sejak Januari sampai sekarang sudah kedatangan sekitar 500 wisatawan, dimana masih dalam masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB)," kata Kepala Museum Multatuli Rangkasbitung Kabupaten Lebak Ubaidillah Muktar di Lebak, Sabtu.

Museum Multatuli Rangkasbitung hingga kini masih menutup arus kunjungan wisatawan umum guna pencegahan penyebaran COVID-19.

Baca juga: Agar mendunia, Museum Multatuli tawarkan jalinan kerja sama

Saat ini, pihaknya hanya menerima wisatawan dari lembaga peneliti dan mahasiswa dari berbagai Universitas di Tanah Air.

Bahkan, belum lama ini mahasiswa Univeristas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan Untirta Serang melakukan penelitian untuk membuat skripsi.

Kebanyakan wisatawan itu ingin mengetahui virtual museum dan penelitian interior museum.

"Semua wisatawan dari lembaga penelitian dan mahasiswa tetap diperketat dalam menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan," katanya menjelaskan.

Pihaknya berkeyakinan target 30.000 wisatawan itu tercapai dan jika April 2021 kembali dibuka dan siswa bisa belajar tatap muka. Jika protokol kesehatan dibuka dapat dipastikan akan menerima pelajar, namun jumlahnya dibatasi guna mencegah penyebaran COVID-19.

Selain itu, Museum Multatuli Rangkasbitung mengoptimalkan akses pelayanan sekitar 80 persen secara online dan 20 persen offline.

Baca juga: Museum Multatuli Rangkasbitung ditutup cegah virus corona

Baca juga: Multatuli simbol perjuangan bangsa Indonesia


Museum Multatuli Rangkasbitung pada September mendatang menggelar festival yang menampilkan kesenian dan kebudayaan lokal. "Saya optimistis dengan kegiatan dapat dipastikan pada Desember 2021, target 30.000 wisatawan bisa terealisasi," katanya.

Sementara itu, Yogi, seorang mahasiswa mengaku dirinya tertarik untuk membuat skripsi Museum Multatuli dan keinginantahuan sejarah kelam masyarakat Lebak yang diperlakukan tidak berperikemanusiaan oleh kolonial Hindia Belanda.

"Kami berharap pembuatan skripsi berjalan lancar," katanya.

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021