Jakarta (ANTARA) - Menteri Sosial Tri Rismaharini memandang pentingnya data dalam peran meningkatkan kesejahteraan sosial, termasuk untuk pemetaan dan perencanaan arah kebijakan.

Data yang dimaksud berupa data spasial dan data numerik, yang dapat menunjang berjalannya penerapan kebijakan pemerintah tepat sasaran.

"Kami tertarik ide data numerik dan presisi, seringkali berbagai kebijakan terkendala dalam memperoleh data yang tepat,” ujar Risma saat menandatangani Nota Kesepahaman dengan Menteri Dalam Negeri dan Ketua Forum Rektor Indonesia di Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri di Jakarta, Senin.

Baca juga: Pemerintah Siapkan Perpres Jaringan Data Spasial

Baca juga: Kemensos terus lakukan perbaikan data penerima bantuan sosial


Risma menyebut data spasial dan numerik jika digabungkan dapat menghasilkan perhitungan yang pasti serta mendetail.

Misalnya, ada seseorang membangun rumah berukuran 6x6 meter dan berselang waktu menjadi 10x6 meter, dengan adanya data bisa dilihat perubahan itu terkait dengan adanya peningkatan kesejahteraan atau tidak.

Termasuk mengetahui dengan data spasial dari seorang petani, apakah mempunyai lahan sendiri atau tidak, seberapa luas tanah yang digarap dan apa yang diolah di atas lahan tersebut.

“Dengan adanya data spasial tersebut, bisa mengetahui dengan pasti dan detail petani, mulai luas dan kepemilikan lahannya,” ujar mantan Wali Kota Surabaya itu.

Risma memberi contoh saat dirinya memantau langsung di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, saat itu tanahnya dicoba ditanami pohon-pohon, tetapi tidak bisa tumbuh dengan baik, sehingga perlu diketahui apa yang terkandung di dalam tanahnya.

“Saat tugas di Bojonegoro dan saat itu banyak orang tak percaya kenapa pohon-pohon tidak tumbuh. Namun, usai saya teliti dan benar saja di dalam tanah mengandung minyak bumi,” ungkapnya.

Baca juga: Mensos turun langsung awasi sinkronisasi data penerima bansos di Papua

Baca juga: Mensos: Beberapa daerah belum 100 persen padankan data penerima bansos


Risma mengusulkan terkait ide data spasial maupun numerik tidak sampai terlalu lama, jangan sampai empat tahun, bisa lebih cepat lagi.

“Empat tahun kelamaan, kalau dipercepat jadi terobosan luar biasa, seperti di negara-negara lain, data spasial dan numerik digabung serta bisa diakses bersama-sama. Ke depan, dilengkapi foto pemetaan drone dan satelit, hasilnya menjadi masukan untuk memutuskan kebijakan,” ujar dia.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021