Jakarta (ANTARA) - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menjalin kerja sama dengan RSI Perpustakaan Akademik Nasional Republik Kazakhstan dalam pengembangan kegiatan penelitian bersama hingga pertukaran koleksi buku.

“Kerja sama ini dalam bidang pengembangan kegiatan penelitian bersama, pertukaran koleksi buku, penyelenggaraan pameran dan acara bersama termasuk dalam format daring, pengembangan kapasitas dan pertukaran pengalaman sumber daya manusia, pertukaran publikasi dalam terbitan berkala profesional, dan akses koleksi digital,” ujar Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.

Jalinan kerja sama antara kedua perpustakaan nasional ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando dengan Kepala RSI Umuthan Munalbayeva yang berlangsung secara virtual.

Baca juga: Legislator kurang setuju penghematan anggaran perpustakaan

Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU antara Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando dengan Kepala RSI Umuthan Munalbayeva yang berlangsung secara virtual.

“Kesepakatan ini menunjukkan komitmen pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan di bidang perpustakaan antara kedua negara. Kerja sama yang dibangun merupakan kolaborasi antara dua perpustakaan yang berperan dalam melindungi dan melestarikan kebudayaan masing-masing,” tambah dia.

Saat ini, lanjut dia, di Perpusnas sudah ada Pojok Sastra Abai Qunanbayuly yang berlokasi di Layanan Koleksi Mancanegara di Gedung Perpustakaan Nasional. Pojok sastra yang menampilkan koleksi buku mengenai Kazakhstan tersebut dinamai sesuai penulis besar negara tersebut.

Dia menjelaskan bahwa Perpusnas terbuka untuk negara-negara asing mengadakan pameran. Dia meminta kepada Kedutaan Besar Indonesia untuk Kazakhstan agar menginformasikan kepada duta besar negara lain agar memanfaatkan fasilitas yang ada di Perpusnas tersebut.

“Kami mohon kepada duta besar kita di sana untuk menginfomasikan kepada rekan-rekan sesama dubes untuk memanfaatkan fasilitas Perpusnas secara rutin,” jelas dia.

Baca juga: Pengembangan perpustakaan masih terjerat masalah klasik

Kepala RSI Umuthan Munalbayeva menyatakan penandatanganan MoU merupakan langkah signifikan untuk kerja sama bilateral dan memperkuat ikatan profesional dan persahabatan antara kedua perpustakaan. Melalui MoU, sejumlah aktivitas bersama diharapkan dapat dilakukan seperti proyek budaya, pendidikan, kongres/forum internasional, pameran, acara, dan lainnya, termasuk dalam format daring.

“Dalam kerangka program ini kami menyumbangkan buku-buku terbitan penerbit Kazakhstan yang berisi informasi tentang Kazakhstan di era modern, sejarah, ataupun kisah tokoh-tokoh besar guna memperkenalkan asing dengan karya-karya literatur terkenal dari Kazakhstan,” kata Umuthan.

Umuthan menjelaskan, RSI Perpustakaan Akademik Nasional telah menandatangani lebih dari 40 dokumen kesepakatan kerja sama, termasuk dengan perpustakaan nasional negara lain dan negara persemakmuran.

Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan Rahmat Pramono mengungkapkan pihaknya menyambut baik kerja sama yang merupakan MoU pertama antara perpustakaan di Indonesia dengan Kazakhstan tersebut.

Menurut Dubes, kerja sama bidang perpustakaan memiliki potensi yang besar untuk berkontribusi terhadap kemajuan di berbagai aspek termasuk pembangunan manusia di kedua negara.

“Dengan membaca, orang dapat mengenal dan memahami kultur, sejarah, kehidupan politik dan sosial, serta mempelajari ilmu pengetahuan yang berkembang di negara lain,” kata Dubes.

Baca juga: Kemendikbud : Fungsi perpustakaan di sekolah belum optimal
Baca juga: Bappenas: Guru harus aktif tingkatkan budaya literasi di kelas maya
Baca juga: Rakornas bidang perpustakaan lahirkan enam rekomendasi


Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021