Sampai sekarang, media masih menjadi ujung tombak bagaimana membangun soft power diplomacy.
London (ANTARA) - Direktur Pemberitaan Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA, Akhmad Munir menyatakan bahwa media, terutama media arus utama, merupakan mitra strategis untuk menguatkan diplomasi soft power dengan mendorong narasi positif tentang Indonesia di tingkat internasional.

“Sampai sekarang, media masih menjadi ujung tombak bagaimana membangun soft power diplomacy. Dalam perkembangan sekarang, media menghadapi tantangan dengan berkembangnya media sosial yang didukung oleh teknologi yang makin ketat. Akan tetapi, media mainstream, baik cetak maupun online juga video dan infografis, akan tetap menjadi rujukan informasi yang kredibel dan terpercaya,” kata Akhmad Munir dalam diskusi strategi soft power yang digelar secara daring oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di London, pada Senin (26/04).

Lebih lanjut, Munir menegaskan bahwa pada prinsipnya, membangun diplomasi soft power tetap harus menggunakan jaringan media sebagai strategi utama penetrasi dalam hubungan bilateral maupun multilateral.

Baca juga: KBRI London gelar forum virtual bahas strategi diplomasi "soft power"
Baca juga: Mendag minta pelajar Indonesia di Inggris untuk bangun Tanah Air


“Bagaimana pola komunikasi yang harus dibangun melalui media? Pertama, membangun komunikasi publik atas kepercayaan suatu negara, satu perwakilan bangsa di negara lain, atas isu-isu yang berkembang dan sensitif. Ini contoh yang sekarang ini update, yakni bagaimana membangun rasa kebangsaan kita atas isu-isu Myanmar,” katanya.

Ia menambahkan betapa isu-isu internasional sangat penting untuk tidak hanya dinarasikan dalam media tetapi juga merefleksikan atas apa yang terjadi di Indonesia.

“Begitu juga dengan Uni Eropa dan Inggris, bagaimana komunikasi soft diplomacy yang dibangun, bisa terkait dengan isu-isu sensitif dan penting bagi bangsa. Sekarang ini, rasanya yang menjadi isu penting di Inggris, masih tetap COVID-19, bagaimana KBRI London melindungi warga Indonesia terhadap COVID, itu yang masih aktual dan sensitif.”

Dalam forum yang bertajuk Inaugural UK-Indonesia Soft Power Forum: Propelling Indonesia’s Soft Power in the Next Decade yang digelar itu, ia menegaskan pentingnya mengamplifikasi kekuatan media dengan semangat kolaborasi.

“Selanjutnya, bagaimana membangun pola interaksi yang mesra dan instensif dengan media. Teman-teman KBRI dan perwakilan luar negeri di seluruh dunia, rasanya cukup baik membangun komunikasi yang mesra dan interaktif, dengan teman-teman media, khususnya ANTARA. Kami mendapat support penuh dari teman-teman KBRI, baik di Eropa, di Inggris, Amerika dan negara-negara lain, juga dukungan dari Kementerian Luar Negeri,” jelas Munir.

Ia juga menuturkan bagaimana ANTARA aktif untuk mengabarkan promosi budaya yang dilakukan oleh perwakilan Indonesia di luar negeri seperti pertunjukan angklung, wayang orang, dan lain-lain.

"Saya kira ini pesan penting, yakni pesan terkait kearifan lokal dari masing-masing keunikan budaya dari masing-masing daerah. Dari situ akan terkesan, Indonesia itu beraneka ragam.”

Sementara, Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Yusron Ambary menyatakan bahwa pihaknya sudah menerapkan strategi-strategi khusus dalam penguatan diplomasi publik.

“Target yang ingin dicapai dalam strategi itu yakni publiknya, tidak hanya government. Nah, cara-cara yang dilakukan yakni listening, kemudian advocacy, cultural diplomacy, kemudian exchange of diplomacy, dan kemudian international broadcasting,” terangnya.

Yusron menegaskan bahwa Kemlu sudah menjalankan strategi-strategi itu, kecuali international broadcasting. “Sementara, art and culture ini merupakan aset soft power yang kita miliki, yang berpengaruh sangat kuat. Nah, kalau orang sudah bicara tentang art and culture, maka rasa cinta yang ditimbulkan yang mempelajari itu akan lebih," katanya.

Ia menuturkan Kementerian Luar Negeri memiliki beasiswa seni dan budaya Indonesia yang ditujukan pada 80-100 orang pemuda dari berbagai belahan dunia setiap tahunnya. Menurut Yusron, program tersebut diharapkan memberikan dampak dengan memicu kecintaan pada budaya Indonesia.

Forum virtual bertema Inaugural UK-Indonesia Soft Power Forum: Propelling Indonesia’s Soft Power in the next Decade diselenggarakan atas kerja KBRI London dengan GIPA dan YIPA serta didukung oleh UKICIS (Konsorsium Riset dan Inovasi Perguruan Tinggi RI-Inggris), PPI Inggris, Kementerian Luar Negeri RI dan Kementerian Luar Negeri Inggris.

Tercatat lebih dari 100 pemangku kepentingan dari Indonesia dan Inggris serta para diaspora Indonesia di Inggris hadir dalam forum strategis ini.

Baca juga: Dubes RI untuk Inggris ajak masyarakat terapkan ekonomi sirkular
Baca juga: Dubes RI dorong diaspora dukung promosi Indonesia di Inggris, Irlandia

Pewarta: Munawir Aziz
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021