Kita semua harus punya kewajiban untuk bisa melindungi wilayah pantai kita, baik dari abrasi maupun ancaman tsunami
Cilacap (ANTARA) - Indonesia membutuhkan jutaan bibit pohon untuk ditanam di seluruh wilayah pantai sebagai upaya mitigasi bencana berbasis vegetasi, kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo.

"Hari ini dilakukan penanaman 3.313 bibit pohon dan jumlah tersebut tentunya tidak cukup karena kita masih membutuhkan jutaan pohon untuk ditanam di seluruh wilayah pantai kita," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Rabu.

Dia mengatakan hal itu kepada wartawan usai menanam bibit pohon palaka dan butun dalam rangka Gerakan Mitigasi Vegetasi Partisipatif Bencana-Penanaman Vegetasi Pantai Cemara Sewu, Desa Bunton, Kecamatan Adipala, Cilacap, dengan jenis tanaman yang ditanam berupa pule, palaka, dan butun.

Dia mengatakan Bunton dipilih sebagai lokasi penanaman bibit pohon karena desa tersebut pada 2006 pernah dilanda gempa dan tsunami yang sumbernya berasal dari selatan Pangandaran, Jawa Barat.

Ia mengatakan tidak sedikit juga desa-desa sepanjang pantai Cilacap terdampak tsunami pada 2006 sehingga menimbulkan korban jiwa kurang lebih 165 orang.

"Ternyata pada tahun 1921 juga pernah terjadi gempa dan tsunami di wilayah Cilacap ini. Artinya apa? Gempa dan tsunami adalah peristiwa yang berulang, kemungkinan pada periode puluhan dan mungkin ratusan tahun yang akan datang, peristiwa itu akan terulang kembali," katanya.

Baca juga: Warga perlu budayakan evakuasi mandiri di daerah rawan tsunami

Oleh karenanya, kata dia, memilih mitigasi berbasis vegetasi salah satu upaya BNPB mengurangi risiko bencana.

Hal itu, katanya, juga sesuai dengan perintah Presiden Joko Widodo agar jangan sampai masyarakat menjadi korban ketika terjadi bencana, sehingga harus mempersiapkan diri lebih awal.

"Kita semua harus punya kewajiban untuk bisa melindungi wilayah pantai kita, baik dari abrasi maupun ancaman tsunami, terutama pantai-pantai yang punya risiko terjadi gempa dan tsunami, khususnya di pantai barat sepanjang Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa serta beberapa wilayah lainnya di Sulawesi dan Maluku, Maluku Utara, serta Papua bagian utara," katanya.

Terkait dengan jenis vegetasi yang dipilih untuk upaya mitigasi, Doni mengatakan hal itu merupakan jenis-jenis vegetasi yang tepat untuk pesisir pantai, antara lain cemara udang, ketapang laut, pule, palaka, dan waru serta beberapa jenis tanaman lain yang mampu bertahan jangka waktu sangat lama atau usianya bisa ratusan tahun.

Ia mengatakan pohon pule terbesar yang pernah dilihatnya berada di Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) IX Ambon. Pohon pule tersebut memiliki tinggi lebih dari 30 meter dan garis tengahnya lebih dari tiga meter.

"Artinya, usia pohon itu mungkin sudah lebih dari 400 tahun, kemudian pohon palaka yang saya bibitkan di Pulau Seram, itu saya temukan pohonnya di Kota Ambon juga," katanya.

Baca juga: LIPI lakukan studi paleotsunami ketahui potensi bencana di Indonesia

Keliling pohon palaka tersebut mencapai 30 orang dewasa bergandengan tangan.

Ia mengatakan hal itu berarti bahwa jenis pohon palaka mempunyai usia yang lama dan diperkirakan bisa mencapai ratusan tahun serta memiliki akar yang kuat.

"Jadi kalau kita membangun sebuah vegetasi di sepanjang tepi pantai, artinya kita sudah bisa memberikan perlindungan untuk generasi-generasi yang akan datang," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, bangsa Indonesia masih membutuhkan jutaan pohon lagi untuk ditanam di sepanjang pantai, terutama untuk menghadapi abrasi dan potensi tsunami pada periode puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun yang akan datang.

"Satu lagi jenis pohon laban yang sudah banyak ditebang di beberapa daerah. Padahal kemarin mampu melindungi kawasan pesisir pantai dari abrasi," kata Doni.

Baca juga: Mitigasi bencana berbasis alam di Kota Pariaman
Baca juga: Doni Monardo ajak belajar mitigasi bencana dari cara Soleman
Baca juga: BMKG minta Pemda tingkatkan pengetahuan mitigasi bencana masyarakat

Pewarta: Sumarwoto
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021