Bogota (ANTARA) - Ribuan pengunjuk rasa menjawab seruan dari serikat terbesar pekerja Kolombia untuk turun ke jalan di seluruh negeri pada Rabu (28/4) sebagai bentuk protes terhadap proposal reformasi pajak yang kontroversial.

Empat puluh orang ditangkap karena dugaan vandalisme, kata pemerintah, dan 42 petugas polisi terluka. Polisi di kota-kota besar menyemburkan gas air mata di tengah beberapa lokasi yang ricuh.

Di Bogota, 31 polisi dan warga sipil terluka, kata kantor wali kota. Kota Cali mengerahkan tentara dan memberlakukan jam malam pada pukul 01.00 setelah beberapa bus dibakar.

Para pemimpin serikat pekerja menyerukan agar demonstrasi untuk dilanjutkan pada Kamis dan mengumumkan bahwa protes berikutnya akan dilangsungkan untuk 19 Mei.

"Kami meminta Presiden Duque untuk mencabut reformasi pajak," kata Francisco Maltes, ketua Central Union of Workers (CUT) dalam konferensi pers.

Reformasi pajak yang diusulkan oleh pemerintahan Presiden Ivan Duque akan meningkatkan pajak pada individu dan bisnis serta menghilangkan banyak pengecualian. Reformasi pada awalnya dimaksudkan untuk mengumpulkan sekitar 6 miliar dolar AS  atau Rp86 triliun, setara dengan dua persen dari produk domestik bruto (PDB).

Pemerintah juga menyarankan untuk memperluas jenis barang yang dikenakai pajak pertambahan nilai (PPN), dengan mengatakan reformasi sangat penting bagi Kolombia untuk mempertahankan peringkat utang tingkat investasinya.

Namun, sebelumnya pada Rabu, pejabat keuangan Juan Alberto Londono mengatakan pemerintah dapat menurunkan jumlah yang ditargetkan serendah  4,8 miliar dolar AS atau Rp69 triliun untuk mendapatkan persetujuan anggota parlemen.

Serikat pekerja bersikeras demonstrasi hari Rabu akan terus berlanjut meskipun ada perintah pengadilan untuk menundanya karena masalah virus corona.

Kolombia mencapai rekor baru 490 kematian akibat virus corona setiap hari yang dilaporkan pada Rabu.

Unit perawatan intensif di Bogota lebih dari 90 persen ditempati, sedangkan di Medellin mendekati 100 persen.

Presiden Duque mengatakan dalam program televisi hariannya bahwa dia memahami protes damai tetapi "vandalisme kriminal" telah terjadi.

Protes pada Rabu adalah yang terbaru dari serangkaian demonstrasi yang dimulai menjelang akhir 2019 melawan kebijakan Duque.

Seorang ahli bedah, Roberto Angulo, ikut berunjuk rasa di Bogota untuk menuntut kondisi kerja yang lebih baik bagi staf perawatan kesehatan, yang menurutnya dibayar rendah.

"Kami orang baik dan kami pantas mendapatkan kondisi kehidupan yang lebih baik," katanya.

Sumber : Reuters

Baca juga: Kolombia izinkan impor swasta vaksin COVID, tapi suntikan harus gratis

Baca juga: Kolombia beri izin penggunaan darurat vaksin COVID-19 J&J

Baca juga: 31 penduduk asli terluka di Kolombia pascaserangan bersenjata


 

Militer Kolombia Serang Markas ELN

Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021