Jakarta (ANTARA) - Pegiat lingkungan Farhan Helmy mendorong agar pengambil kebijakan tegas menyuarakan komitmen mencapai net zero emission atau netralitas karbon secepat mungkin sebagai mitigasi perubahan iklim.

"Keseriusan itu harus muncul, kode-kode bahwa kita akan berkomitmen itu harus terlihat," kata Farhan dalam diskusi virtual tentang netralitas karbon Indonesia, dipantau dari Jakarta pada Kamis.

Kepala Sekolah Thamrin School of Climate Change and Sustainability itu menjelaskan bahwa komitmen itu dapat terlihat jelas oleh publik dengan secara jelas mengumumkan posisi terkait netralitas karbon serta rincian langkah-langkah yang akan diambil.

Baca juga: Inovasi pengurangan emisi gas rumah kaca bagi mitigasi perubahan iklim

Farhan menegaskan pentingnya dialog publik terkait perubahan iklim menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (UN Climate Change Conference of the Parties/COP) ke-26 di Glasgow, Inggirs pada akhir 2021.

Dia mendorong pemangku kepentingan untuk menggunakan momentum jelang COP26 itu agar mendengar aspirasi publik terkait perubahan iklim, yang dampaknya dirasakan oleh masyarakat luas.

Thamrin School sendiri telah mengeluarkan surat terbuka saat Preisden Joko Widodo ikut dalam Leaders Summit on Climate yang diselenggarakan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada 22-23 April 2021. Dalam suratnya mereka mendorong agar segera menetapkan target nol emisi karbon yang lebih ambisius.

Dalam kesempatan yang sama, Ari Mochamad sebagai Conutry Manager dari International Council for Local Environmental (ICLEI) mengatakan bahwa target net zero emission tidak hanya dapat dilihat dari satu sisi sebagai mitigasi perubahan iklim.

Namun, harus dilihat juga dari dampak potensi bencana yang dapat terjadi jika tidak memiliki target yang ambisius yaitu netralitas karbon dicapai lebih cepat dari 2070.

"Pertimbangan yang selama ini kita dengar 2070 itu hanya karena pertimbangan semata potensi pengurangan emisi gas rumah kaca dari sektor mitigasi saja. Tidak melihat kepada dampak bencana yang akan ditimbulkannya,"

Baca juga: Perubahan iklim sebabkan frekuensi cuaca ekstrem Indonesia kian sering
Baca juga: Presiden Jokowi sampaikan 3 pandangan pada KTT Perubahan Iklim



 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021