Bandung (ANTARA News) - Memasuki hari ketiga sidang pertemuan IDB SRVP program, delegasi Iran dipimpin Dr Keivan Shokraie mendesak forum IDB untuk lebih meningkatkan kemandirian vaksin, dan tidak tergantung oleh predikat pre kualifikasi yang ditetapkan WHO.

"Pertemuan IDB SRVP tahun harus kembali memikirkan strategi kemandirian, bahwa negara -negara penghasil vaksin bisa "survive` tanpa harus tergantung dengan Pre kualifikasi WHO," kata Keivan dihadapan puluhan forum sidang IDB SRVP di Hyatt Regency Bandung, Minggu.

Disebutkan Keivan, pencapaian pre kualifikasi yang ditetapkan oleh WHO, sangat sulit dijangkau negara-negara anggota IDB yang belum "expertise" dalam produksi vaksin, sehingga dibutuhkan pengembangan riset dan produksi untuk menghasilkan inovasi baru.

"Sangat sulit mendapatkan pre kualifikasi karena bagi negara yang belum eksisting, perlu uang banyak yang harus dikeluarkan dan juga dukungan inferastuktur," katanya.

Seperti diungkapkannya di hari sebelumnya, Keivan berkeinginan kuat untuk mengembangkan vaksin baru lewat sentuhan teknologi dan riset inovasi baru, termasuk di negaranya paska revolusi Islam.

"Jika berniat ingin mengembangkan vaksin baik di dalam negeri maupun ekspor antar negara IDB, maka harus berjuang keras untuk "expertise", khususnya di negara kita, dan juga saling mendukung antar anggota IDB," ujar Keivan.

Keivan menuturkan, kini ia memiliki empat industri besar yang memproduksi vaksin, kendati sertifikasi pre kualifikasi belum dikantongi negara tersebut.(*)
(ANT-225/M019/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010