Banjarmasin (ANTARA) - Pakar Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan pemerintah daerah harus mengambil kebijakan sanitasi yang tepat guna mengurangi risiko penularan penyakit setelah banjir seperti yang terjadi saat ini di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

"Dalam kondisi darurat bencana, kebijakan sanitasi ditujukan untuk mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit melalui media lingkungan," kata dia di Banjarmasin, Ahad.

Diketahui sanitasi yang dimaksud meliputi pengelolaan air limbah permukiman, pengelolaan sampah hingga drainase setelah banjir yang dipastikan menjadi pekerjaan rumah tak gampang.

Dijelaskan Syamsul, banjir membawa kotoran seperti sampah, air got atau septik tank. Kondisi ini menyebabkan nyamuk dan bibit kuman penyakit mudah berkembang biak. Tidak jarang banjir juga menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).

Baca juga: Banjir Satui, Kalsel menelan satu korban jiwa

Baca juga: SAR gabungan salurkan bantuan logistik ke lokasi banjir Satui-Kalsel


Kondisi basah juga tidak nyaman bagi tubuh sehingga dapat menurunkan kondisi tubuh dan daya tahan terhadap stres karena terbatasnya akses terhadap sandang, pangan, dan papan.

Syamsul membeberkan beberapa penyakit menular yang harus diwaspadai sehubungan dengan banjir. Di antaranya diare, demam berdarah, leptospirosis infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit, penyakit saluran cerna lain misalnya demam tifoid dan gastritis.

Kemudian memburuknya penyakit kronis yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan hingga banjir yang terjadi selama berhari-hari.

Di samping itu banjir dapat pula menimbulkan KLB penyakit menular secara besar-besaran dan meningkatkan potensi penularan penyakit. Risiko terjadinya KLB epidemik penyakit menular sebanding dengan kepadatan dan kepindahan penduduk.

Syamsul menyampaikan beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat dalam mengurangi bahaya setelah banjir dari berbagai penyakit yang timbul. Di antaranya menggunakan masker saat membersihkan rumah dari sisa banjir, hindarkan luka terbuka yang berpotensi jadi akses masuknya kuman, perbanyak konsumsi air mineral untuk menjaga asam lambung tetap seimbang dan hindari konsumsi makanan pedas.

Kemudian membersihkan lantai dan dinding rumah dengan cairan disinfektan dan mengubur lubang-lubang bekas air.

Masyarakat juga diingatkan agar berhati-hati menggunakan sumber air. Air sumur atau air keran yang berpotensi terkontaminasi sebaiknya tidak digunakan dulu, meskipun dimasak dulu sebelum digunakan.
Posko kesehatan didirikan untuk melayani masyarakat terdampak banjir di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (ANTARA/Bayu Pratama Syahputra)


Menurut Syamsul, melalui sinergi masyarakat dan pemerintah dalam melakukan upaya penanganan dan pencegahan, maka dampak buruk berupa tingginya insidensi penyakit setelah banjir dapat diminimalkan.

Oleh karena itu, edukasi upaya pencegahan penyakit harus dilakukan dengan masif disamping edukasi tentang protokol kesehatan selama dalam posko-posko pengungsian.

Banjir besar dengan ketinggian air antara satu hingga 1,5 meter menerjang enam desa di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu yaitu Desa Sejahtera Mulia, Desa Jombang, Desa Sinar Bulan, Desa Sungai Danau, Desa Satui Barat dan Desa Satui Timur.

Sebanyak 13.433 jiwa jadi korban dari 3.891 rumah yang terendam sejak hari pertama Lebaran Idul Fitri pada Kamis (13/5) hingga hari ini yang berangsur surut.*

Baca juga: Basarnas evakuasi 5.308 jiwa korban banjir Satui

Baca juga: Belasan ribu jiwa di lima desa terdampak banjir Satui, Kalsel

Pewarta: Firman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021