masyarakat melihat ada relaksasi dari pemerintah
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Rusia kembali memperketat protokol kesehatan di tengah kecenderungan masyarakat setempat yang mulai menganggap enteng pandemi COVID-19, kata Duta Besar Indonesia untuk Rusia merangkap Belarus, Jose Antonio Morato Tavares.

"Pemerintah Rusia menerapkan saksi dengan ketat lagi, sebab ada persepsi masyarakat yang semakin menganggap remeh pandemi. Tapi pemerintah tetap terapkan protokol kesehatan secara sehat," katanya dalam acara Webinar Waspada COVID-19 di Indonesia - Belajar dari Rusia, India dan Singapura yang ditayangkan secara virtual melalui Media Sosial BNPB Indonesia, Rabu.

Jose mengatakan Rusia saat ini menduduki peringkat keenam terbanyak kasus COVID-19 di dunia dengan jumlah kasus mencapai 4,9 juta jiwa yang terpapar SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Data yang dilaporkan otoritas setempat menunjukkan total jumlah kasus COVID-19 mencapai 4.957.756 kasus di Rusia, termasuk angka tambahan pada Selasa (18/5) mencapai 8.183 orang.

Dari jumlah itu, kata Jose, pasien yang sembuh sebanyak 4,5 juta atau sekitar 92 persen, meninggal 116.575 orang atau 2,35 persen dari yang terpapar. Sebanyak 268.955 jiwa masih dalam perawatan.

"Untuk tes PCR sejak kemarin sudah 134 juta tes. Meskipun satu orang tidak menunjukkan jumlah populasi, satu orang bisa tiga hingga empat kali tes," katanya.

Baca juga: Efek libur Lebaran baru dapat dilihat beberapa pekan ke depan
Baca juga: Data sementara, 264 pemudik positif COVID-19, sebut satgas


Sementara laju COVID-19 di Ibu Kota Rusia, Moskow, dilaporkan Jose mencapai total 1,1 juta kasus. Jumlah kasus baru mencapai 2.430 kasus, pasien sembuh 1,3 juta orang, meninggal 19.358 orang, sedangkan dirawat 93 ribu orang.

"Warga Indonesia di Rusia berjumlah 1.285, yang terpapar 35 orang dan sampai sekarang sudah sembuh semua," ujarnya.

Jose menambahkan laporan tersebut menunjukkan penurunan angka kasus COVID-19 pada negara pecahan Uni Soviet itu bila dibandingkan dengan gelombang pertama Mei 2020 sebanyak 11.656 dan gelombang kedua pada Desember 2020 hampir 30 ribu kasus per hari.

Persepsi masyarakat yang cenderung menganggap enteng protokol kesehatan ditunjukkan dengan sikap acuh pada penggunaan masker hingga menjaga jarak di sejumlah pusat keramaian seperti mal, bioskop, museum, dan fasilitas ibadah. Bahkan sebagian besar anak-anak di sana tidak menggunakan masker saat di luar rumah.

"Mereka (masyarakat Rusia) merasa lebih percaya diri karena dari 92 persen masyarakat yang terpapar COVID-19 itu sembuh. Ditambah lagi Pemerintah menerapkan libur kerja pada 1-10 Mei 2021. Masyarakat melihat ada relaksasi dari pemerintah dengan mengizinkan operasional restoran, mal, bioskop dan lainnya," katanya.

Baca juga: Satgas daerah harus pastikan karantina bagi pemudik yang kembali
Baca juga: Satgas COVID-19 perketat pengawasan objek wisata saat "Lebaran Topat"


Masyarakat Muslim Rusia yang saat ini berkisar 25 juta orang atau terbanyak di Eropa, kata Jose, sempat diizinkan melakukan Iftar atau berbuka puasa di sekitar 8 ribu unit masjid di Rusia.

"Namun dua pekan terakhir ini kembali dilarang karena ada bahaya peningkatan COVID-19. Ini menunjukkan sikap pemerintah Rusia, bahwa meskipun secara keseluruhan kasus menurun, tapi jangan anggap enteng," katanya.

Sanksi yang diterapkan berupa denda 5.000 Rubel atau sekitar Rp975.000,- bagi yang tidak mengenakan masker dan 3.000 Rubel atau sekitar Rp585.000,- bagi pasien COVID-19 yang terbukti berinteraksi dengan orang sehat.

Baca juga: 8.970.715 warga Indonesia telah menerima vaksin dosis lengkap
Baca juga: Menjaga Jawa tetap landai penyebaran COVID-19 pascalebaran

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021