Kalau harganya bisa satu dolar AS per kilogram, maka hidrogen bisa bersaing dengan energi lain
Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Indonesia sedang menjajaki pemanfaatan hidrogen yang bersumber dari air guna memenuhi porsi bauran energi bersih nasional dan target nol emisi.

"Sekarang dunia berpikir tentang game changer untuk mendapatkan zero emission, mereka sudah berpikir ke arah hidrogen. Indonesia sekarang menjajaki pemanfaatan energi yang bersumber dari tenaga air dengan skala besar untuk bisa menghasilkan hidrogen," katanya dalam webinar The International Youth Summit for Renewable Energy (IYSRE) yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Arifin menyampaikan bahwa penanganan hidrogen tidak mudah sehingga banyak negara memprogramkan proyek untuk memproduksi hidrogen, seperti Australia yang sudah memiliki rencana untuk memproduksi hidrogen skala besar agar bisa melakukan ekspor ke negara-negara industri.

Baca juga: Pemerintah targetkan tidak ada impor BBM pada 2030

Selain itu, Chili yang merupakan negara di bagian tenggara Amerika juga telah menyusun program untuk menghasilkan hidrogen guna menghidupkan pembangkit listrik berkapasitas lima gigawatt (GW).

Bahkan hidrogen di Chili berada pada kisaran harga 1,5 dolar AS per kilogram dan diproyeksikan bisa menembus harga satu dolar AS per kilogram dengan efisiensi maupun kapasitas yang lebih ekonomis.

"Kalau harganya bisa satu dolar AS per kilogram, maka hidrogen bisa bersaing dengan energi lain," kata Arifin.

Pemerintah Indonesia melirik hidrogen karena unsur ini hanya menghasilkan limbah berupa uap air, sehingga sangat ramah lingkungan. Selain itu, potensi air yang melimpah juga menjadi alasan untuk memanfaatkan hidrogen sebagai salah satu sumber energi baru terbarukan.

"Karbondioksida yang berasal dari energi fosil menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan, seperti kenaikan temperatur suhu bumi, maka kita harus bisa memanfaatkan sumber-sumber energi baru terbarukan," kata Arifin.

Gas hidrogen dapat diproduksi melalui stream reforming, gasifikasi biomassa, gasifikasi batu bara, dan elektrolisis air.

Tekhusus di dalam air, gas hidrogen teroksidasi bersama oksigen. Pemisahan molekul air menjadi hidrogen dan oksigen menggunakan energi listrik disebut elektrolisa.

Reaksi pemecahan air adalah reaksi tak spontan tetapi dapat didorong dengan memberikan energi ke dalam sistem, semisal energi listrik.

Di Indonesia, sejumlah kampus yang aktif melakukan penelitian terkait produksi dan penyimpanan hidrogen, di antaranya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Merujuk catatan sejarah, ide menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar telah berlangsung lama saat usur ini ditemukan Henry Cavendish pada 1766.

Sejak saat itu, beragam teknologi untuk memproduksi hidrogen dan memanfaatkan gas ini terus berkembang pesat terlebih ketika negara-negera di dunia berkomitmen menurunkan suhu bumi dan mengurangi emisi karbon, maka gas hidrogen sebagai salah satu energi alternatif menjadi kian populer.

​​​​​Baca juga: Indonesia gandeng IEA akselerasi program transisi energi
Baca juga: Menteri ESDM: RI akan fokus gunakan energi hijau produksi dalam negeri

Baca juga: Mobil berbahan bakar hidrogen ITS bertarung di kompetisi DWC Inggris

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021