pengembangan ICE Institute dilakukan bersama 14 perguruan tinggi
Depok (ANTARA) - Universitas Indonesia (UI) menandatangani perjanjian kerja sama dengan Universitas Terbuka (UT) terkait penyediaan mata kuliah daring dalam portal kuliah daring Indonesia Cyber Education Institute (ICE Institute).

Penandatanganan kerja sama ini dilakukan secara virtual melalui media Zoom oleh Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan mewakili rektor UI, disaksikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Prof Nizam.

Rektor UT Prof. Ojat Darojat dalam keterangannya, Jumat memperkenalkan ICE Institute sebagai sebuah program strategis pemerintah untuk melakukan pemerataan pendidikan tinggi bagi seluruh lapisan masyarakat.

"Saat ini pengembangan ICE Institute dilakukan bersama dengan 14 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, dimana penyelenggaraannya dilaksanakan di bawah koordinasi Universitas Terbuka," katanya.

Saat ini sudah ada 120 mata kuliah daring yang akan segera diintegrasikandalam ICE Institute, dan bukan tidak mungkin ke depan kita akan menggandeng mitra-mitra perguruan tinggi dari luar negeri, seperti Harvard University. Kolaborasi ini dilakukan ICE Institute untuk mewujudkan tujuan mulianya, yaitu menyelenggarakan pendidikan inklusif untuk semua, yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dari desa sampai perkotaan.

Ruang lingkup kerja sama ini meliputi pengembangan dan penyediaan materi pembelajaran daring bagi ICE Institute. Dalam kerja sama ini, UI wajib menyediakan akses mata kuliah daring bagi para pengguna ICE Institute sebanyak minimal sepuluh mata kuliah untuk minimal 100 peserta per mata kuliah. Kerja sama ini paling singkat akan dilakukan selama dua tahun. UI juga wajib melakukan kegiatan sosialiasi, diseminasi, dan promosi terkait kegiatan ICE Institute.

Baca juga: Dikti : ICE Institute mungkinkan kolaborasi mahasiswa lintas daerah

Baca juga: Rektor : ICE Institute upaya pemerataan akses pendidikan tinggi


Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Prof. Nizam mengatakan bahwa keberadaan pendidikan inklusif ini penting untuk mewujudkan cita-cita Indonesia, yaitu menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia melalui bonus demografi.

"Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas penting untuk dilakukan sehingga bonus demografi tersebut benar-benar menjadi kekuatan Indonesia untuk meloncat ke depan, bukan justru menjadi bencana," katanya.

Untuk itu kita perlu melakukan kolaborasi dalam meningkatkan akses ke pendidikan tinggi kita, dimana saat ini tingkat partisipasinya masih berada di bawah angka 10 persen dari total penduduk. Namun, bukan sekedar akses, namun juga akses yang berkualitas. Program ICE Institute ini adalah salah satu bentuk kolaborasi untuk menciptakan akses yang berkualitas tersebut.

ICE Institute merupakan lembaga yang dibentuk oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (kini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi) pada tahun 2019. Pembentukan institut ini dimaksudkan untuk menjawab perkembangan dunia pendidikan pasca pandemi yang akan mengedepankan sistem blended learning (percampuran luring dan daring). Portal ICE Institute dapat diakses pada alamat https://www.ice.ut.ac.id/.

Dalam laman tersebut, pengguna dapat mengakses semua mata kuliah daring yang ditawarkan oleh perguruan tinggi mitra ICE. Semua perkuliahan yang ditawarkan oleh ICE Institute merupakan program akademik utuh yang menawarkan program kredit transfer dan pemberian sertifikat. Untuk mendaftar, masyarakat hanya perlu membuka laman ICE dan melakukan pencarian mata kuliah yang ingin diikuti, serta melakukan proses pendaftaran dan pembayaran (bila program yang ditawarkan berbayar).

Program ICE Institute merupakan salah satu pengembangan dari kebijakan Kampus Merdeka yang digagas oleh Kemendikbud yang memperbolehkan mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar universitasnya. ICE Institute juga berfungsi sebagai regulator (pengawas) yang akan mengatur dan memantau standar proses pembelajaran kuliah daring dari seluruh kampus di Indonesia.

Saat ini, sistem ICE belum sepenuhnya berjalan karena masih menunggu koneksitas dengan para perguruan tinggi mitra, dan rencananya akan dibuka pada awal semester baru, yaitu sekitar Juni-Juli 2021. Selain UI, penandatanganan perjanjian kerja sama ini dilakukan ICE Institute dengan 14 mitra perguruan tinggi lainnya, diantaranya adalah Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pelita Harapan, Universitas Bina Nusantara, Universitas Gadjah Mada, dan Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya.

Baca juga: Sejumlah kampus berkolaborasi dalam inovasi PJJ melalui ICE Institute

Baca juga: Vokasi UI--Universitas Terbuka luncurkan program pelatihan jarak jauh

 

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021