Berguna untuk mengawasi ancaman dari pemangsa
Jakarta (ANTARA) - IPB University menghadirkan ahli anatomi dari Seoul National University (SNU) Korea Selatan, Prof. Junpei Kimura, pada kuliah tamu membahas struktur anatomi hewan karnivora dan herbivora dalam kaitannya sebagai pemangsa dan karakteristik lain.

Dalam paparannya di hadapan mahasiswa Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB University secara daring beberapa waktu lalu, Kimura menjelaskan sejarah proses domestikasi hewan karnivora dan herbivora.

"Perbedaan zona penglihatan menunjukkan pandangan karnivora lebih tajam dan dapat mengidentifikasi benda secara tiga dimensi dengan jangkauan yang lebih tajam di area depan sehingga lebih fokus pada saat berburu. Sebaliknya pada herbivora area penglihatan lebih melebar ke arah samping (lateral) yang berguna untuk mengawasi ancaman dari pemangsa," ujar Kimura dalam keterangan tertulis IPB University yang diterima di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan perbedaan utama antara karnivora dan herbivora di antaranya terletak pada perbedaan otot pengunyah. Otot pengunyah atau otot masseter sangat berkembang pada herbivora dengan fungsi untuk mengunyah makanannya. Sementara pada karnivora, otot temporalis lebih berkembang untuk proses menggigit mangsanya.

Berdasarkan tumpuan kaki, karnivora termasuk digitigradi, yaitu jari-jari kaki menempel pada tanah dengan tumit terangkat menjauhi tanah dan ujung jari berbentuk cakar. Kaki herbivora masuk ke dalam tipe unguligradi, yaitu menapak dengan kuku untuk keperluan berlari.

Baca juga: Pakar genetika IPB soroti fenomena penularan COVID-19 ke hewan

Baca juga: IPB University minta masyarakat waspada bakteri di makanan siap saji

Baca juga: IPB University-UIN Sunan Gunung Djati teken MoU inovasi teknologi


Di sisi lain, ia juga menjelaskan lambung pada herbivora berkembang menjadi empat lambung ganda yang berfungsi mencerna dan memfermentasi pakan hijauan. Sementara lambung karnivora tetap dengan lambung tunggal seperti pada hewan umumnya.

“Pada karnivora, anak yang lahir belum berkembang sempurna dan masih lemah, atau dikenal dengan tipe precrocial, sehingga membutuhkan perlindungan di sarang. Sebaliknya, pada herbivora anak termasuk tipe altricial, yaitu anak sudah bisa langsung bergerak (berjalan/berlari) pada saat lahir dan tidak membutuhkan perlindungan di sarang," kata dia.

Selain perbedaan dengan hewan herbivora, Kimura juga menjelaskan perbedaan di dalam kelompok karnivora terutama kelompok Canidae (kelompok anjing-anjingan; anjing, hyena, serigala) dan Felidae (kelompok kucing-kucingan; kucing, singa, harimau).

Perbedaan pertama ialah dalam hal teknik membunuh. Karnivora jenis Felidae membunuh dengan sekali gigitan, dengan gigitan yang dalam. Sementara jenis Canidae membunuh dengan beberapa gigitan dangkal. Untuk menunjang hal ini, Felidae memiliki bentuk rahang yang lebih pendek dengan gigi taring lebih di depan membantu hewan ini mematikan mangsa dalam sekali gigitan. Felidae juga memburu mangsanya secara sendiri-sendiri (soliter).

Sebaliknya Canidae berburu secara berkelompok. Cakar dari Felidae juga memiliki kekhususan karena dapat ditarik ke dalam dan keluar (bersifat retractable) yang dapat digunakan saat memanjat pohon atau mencengkram mangsa.

Kemampuan lari baik Canidae maupun Felidae dapat dibedakan pada kelenturan susunan tulang punggungnya. Lengkungan tulang punggung memungkinkan hewan-hewan ini dapat berlari secara halus, menyerap hentakan, dan menjaga keseimbangan berat tubuh saat berlari dan bergerak dengan cepat.

"Perputaran sendi kaki depan berfungsi 100 persen pada Felidae, menyusut 50 persen pada Canidae dan bahkan menghilang pada hewan besar lainnya. Hal ini menjelaskan fleksibilitas dari gerakan kaki depan pada hewan Felidae," katanya.

Felidae memiliki otot-otot leher yang lebih pendek yang membantu hewan ini dalam hal kedalaman dan kekuatan gigitan. Sementara pada Canidae terdapat kekhususan pada ligamen nuchae di lehernya.

"Leher yang lebih panjang pada Canidae membantu gaya berburu hewan ini yang lebih mengandalkan penciuman (hidung), sehingga hidungnya bisa mendekati permukaan tanah saat proses mengendus mangsa. Sementara itu, Felidae lebih mengandalkan pada penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga) pada saat berburu mangsa," katanya.

Baca juga: IPB-SEAMEOCECCEP latih guru PAUD Kamboja tentang pendidikan karakter

Baca juga: IPB University perbarui kerja sama dengan CIFOR-ICRAF

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021