Kendari (ANTARA) - Di era globalisasi saat ini pemahaman dan gaya hidup barat mulai masuk di Negara Indonesia, dimana budaya itu telah diserap oleh beberapa pemuda negeri ini.

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa ramah dan terbuka dengan budaya lain. Akan tetapi, sikap yang kurang bijak dan selektif terhadap budaya lain dapat menyebabkan lunturnya budaya Indonesia itu sendiri.

Pancasila sebagai ideologi jelas mempunyai nilai demokratis, yaitu menerima pemikiran-pemikiran baru dalam rangka pengembangan atau penyempurnaan perwujudan nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya.

Era globalisasi banyak memunculkan berbagai alat teknologi modern yang mendatangkan budaya luar masuk ke Indonesia dan menjadi suatu hal yang bisa diikuti.

Sebagai ideologi negara, Pancasila harus menjadi acuan negara dalam menghadapi berbagai tantangan global dunia yang terus berkembang, termasuk tantangan globalisasi.

Di era globalisasi, peran Pancasila sangat penting untuk menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia, karena adanya globalisasi batasan batasan di antara negara seakan tak terlihat, sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat.

Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila harus selalu dikokohkan di dalam jiwa seluruh masyarakat sehingga budaya Indonesia tidak tergerus oleh paham ataupun kebudayaan luar.

Baca juga: Presiden: Tantangan dihadapi Pancasila tak semakin ringan

Perkokoh
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan tantangan yang dihadapi bangsa untuk menanamkan secara kuat nilai-nilai Pancasila dalam diri masyarakat, tidak semakin ringan di tengah pesatnya globalisasi, kemajuan teknologi dan interaksi dunia.

Presiden Jokowi dalam Peringatan Hari Lahir Pancasila 2021 dari Istana Kepresidenan, Bogor, Selasa, mengatakan era globalisasi saat ini dan cepatnya interaksi antarbelahan dunia, tidak serta merta meningkatkan kesamaan pandangan dan kebersamaan. Namun, juga menimbulkan berbagai tantangan yang harus diwaspadai, termasuk mengenai ideologi.

Presiden mengingatkan agar mewaspadai meningkatnya rivalitas dan kompetisi, termasuk rivalitas antarpandangan, rivalitas antar nilai-nilai dan rivalitas antarideologi.

Menurut Presiden, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga telah mempengaruhi lanskap kontestasi ideologi.

Hadirnya revolusi industri 4.0 menimbulkan kemudahan dalam berdialog, dalam berinteraksi, dan dalam berorganisasi menggunakan skala besar lintas negara. Perkembangan konektivitas 5G yang melanda dunia juga membuat interaksi antara berbagai masyarakat juga semakin mudah dan cepat.

Bahkan, menurut Presiden, kecepatan ekspansi ideologi transnasional radikal dalam era disrupsi teknologi ini bisa melampaui standar normal.

Oleh karena itu, Kepala Negara mengingatkan bahwa saat ini perluasan dan pendalaman nilai-nilai Pancasila tidak bisa dilakukan dengan cara-cara biasa. Segenap bangsa memerlukan cara-cara baru yang luar biasa, dan mampu mengoptimalkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama revolusi industri 4.0.

"Sekaligus Pancasila harus menjadi fondasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkeindonesiaan," kata Kepala Negara.

Presiden RI Joko Widodo mengajak seluruh pihak untuk bergerak aktif memperkokoh nilai-nilai Pancasila dalam mewujudkan Indonesia maju.

"Saya mengajak seluruh aparat pemerintahan, tokoh agama, tokoh masyarakat, para pendidik, kaum profesional, generasi muda Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu padu dan bergerak aktif memperkokoh nilai-nilai Pancasila dalam mewujudkan Indonesia maju yang kita cita-citakan," ujar Presiden.

Presiden mengatakan Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni harus benar-benar dimanfaatkan untuk mengokohkan nilai-nilai Pancasila dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Presiden mengingatkan, walaupun Pancasila telah menyatu dalam kehidupan sepanjang Republik Indonesia berdiri, namun tantangan yang dihadapi Pancasila tidak semakin ringan.

Presiden mengatakan globalisasi dan interaksi antarbelahan dunia tidak serta merta meningkatkan kesamaan pandangan dan kebersamaan.

"Yang harus kita waspadai adalah meningkatnya rivalitas dan kompetisi, termasuk rivalitas antarpandangan, rivalitas antar nilai-nilai dan rivalitas antarideologi," ucap-nya menjelaskan.

Baca juga: DPR: Pancasila harus diimplementasikan bukan hafalan

Diimplementasikan
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menilai Pancasila bukan sekadar jargon kata-kata dan hafalan semata namun amalan yang harus diimplementasikan secara konsisten di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Pancasila tidak cukup hanya diperingati hari lahirnya dan jangan hanya dihafalkan, tetapi harus benar-benar dijalankan ajarannya. Jangan sampai mulut bicara Pancasila tetapi tindakan kerap menabrak nilai-nilai Pancasila," kata Dasco di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan apabila seluruh masyarakat dapat menghayati dan menjalani nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Indonesia akan tumbuh menjadi negara yang kuat, berdaulat, adil dan makmur.

Namun menurut dia, apabila nilai-nilai Pancasila semakin diabaikan dalam kehidupan, maka dikhawatirkan bangsa Indonesia akan menghadapi kondisi yang sangat mengkhawatirkan dan terancam menjadi negara yang gagal.

Karena itu Dasco mengajak seluruh masyarakat agar senantiasa menjunjung tinggi ajaran yang berketuhanan sebagaimana ajaran sila pertama, bertindak adil sejak dalam pikiran.

"Dan memiliki adab yang baik seperti ajaran sila kedua, serta menjunjung tinggi semangat persatuan dan persaudaraan sebagaimana yang tercantum di sila ketiga," ujarnya.

Ketua Harian Partai Gerindra itu menilai masyarakat juga harus terbiasa menghadapi perbedaan dan saling menghormati satu sama lain. Selain itu menurut dia, kedepankan musyawarah dalam memecahkan suatu persoalan sebagaimana ajaran sila keempat Pancasila.

Selain itu, Dasco mengajak masyarakat dapat saling membantu dan menguatkan di era pandemik yang sudah melanda Indonesia lebih dari satu tahun.

"Saya yakin dengan semangat gotong royong, Indonesia akan menjadi negara yang berhasil mengatasi wabah COVID-19. Yang kuat bantu yang lemah, dan yang lemah jangan pernah menyerah maka keadilan sosial akan tercipta, sebagaimana mandat dari sila kelima Pancasila," tutur-nya.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) RI mengajak masyarakat di Tanah Air memaknai momentum Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni dalam suatu tindakan untuk mewujudkan Indonesia yang bersatu.

"Mari maknai kembali esensi dari hari lahirnya Pancasila dengan langkah implementatif secara nyata," kata Sekretaris Jenderal Kemenkumham RI Komjen Pol Andap Budhi Revianto melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Tindakan nyata tersebut dapat ditujukkan oleh anak bangsa dengan berbagai hal positif dan membangun. Sebab, generasi Indonesia harus bisa membuktikan diri sebagai bangsa yang kuat, tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan serta mampu memanfaatkan kesulitan-kesulitan yang ada menjadi lompatan kemajuan.

Andap mengatakan setiap anak bangsa juga harus selalu bersatu dan terus memperkokoh rasa persatuannya. Sikap saling peduli serta berbagi untuk sesama demi kemajuan negeri harus terus dipelihara.

Pada akhirnya diharapkan masyarakat dapat mewujudkan cita-cita luhur para pendiri bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta dapat memenangkan masa depannya.

Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi mengatakan bahwa generasi muda saat ini harus selalu menganut nilai Pancasila dalam menghadapai era globalisasi saat ini.

"Ini kan salah satu dasar negara kita. Kita harus setia pada Pancasila, itu harga mati," kata Ali Mazi di Kendari, Selasa.

Menurut dia, generasi muda harus tetap setia pada Pancasila karena itu adalah ideologi yang harus terus dianut oleh seluruh masyarakat Indonesia sehingga budaya-budaya bangsa ini tidak berubah dan menerapkan budaya luar.

Ia menegaskan, Pancasila sebagai ideologi negara harus terus terpatri disetiap jiwa generasi muda dan seluruh masyarakat karena menyatukan bangsa dan setiap warga negara Indonesia harus selalu setia pada Pancasila.

Apalagi saat ini ditengah arus globalisasi nilai Pancasila harus tetap kokoh di dalam jiwa masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Selain itu, menurut Ali Mazi, di momen Peringatakan Hari Lahirnya Pancasila, seluruh masyarakat harus mengimplementasikan khusus Sila Ke-3 Persatuan Indonesia, agar bersama-sama bersatu melawan pandemi COVID-19.

"Makanya setiap tahun diperingati. Dia (Pancasila) adalah satu-satunya pemersatu Bangsa dan Negara," ujar dia.

Gubernur juga mengajak kepada semua pihak khususnya generasi muda agar tidak melupakan sejarah terutama Hari Lahirnya Pancasila.

"Kita sebagai generasi harus selalu memperingati agar jangan lupa sejarah (Hari Lahirnya Pancasila)," ujar dia.

Baca juga: BPIP Terbitkan pedoman Peringatan Hari Pancasila

Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021