Indonesia mempunyai market yang besar dan peluang besar. Tinggal bagaimana BUMN Indonesia mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani, nelayan, dan peternak
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 11 perusahaan BUMN klaster pangan dan pupuk berkolaborasi meluncurkan Indonesia Food and Fertilizer Research Institute (IFFRI) dan Indonesia Food & Fertilizer Learning Institute (IFFLI) atau Learning & Research Institute dalam rangka pengembangan sektor pertanian Indonesia.

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, menjelaskan bahwa kolaborasi tersebut dibangun untuk menghasilkan talenta terbaik dan inovasi yang implementatif dari BUMN klaster pangan dan pupuk sekaligus juga menjadi jawaban tantangan bisnis di masa mendatang untuk Indonesia.

"Indonesia mempunyai market yang besar dan peluang besar. Tinggal bagaimana BUMN Indonesia mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani, nelayan, dan peternak," ujar Pahala.

Dia menyebut Indonesia masih terdapat kekurangan dalam hal daya saing global di industri pangan. Oleh karena itu, BUMN harus menjadi ujung tombak inovasi di Indonesia dalam sektor pangan.

Baca juga: Wamen: Kolaborasi 11 BUMN pangan dan pupuk hasilkan inovasi

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Bakir Pasaman menjelaskan bahwa pihaknya sangat menyambut baik arahan Kementerian BUMN untuk membuat Indonesia Food and Fertilizer Research Institute ini.

"Kami yakin, dengan riset yang terintegrasi, kita dapat menghasilkan produk-produk riset yang lebih baik, lebih terarah, terkoordinasi dengan baik dan tidak terjadi tumpang tindih atau redundancy riset di antara lembaga atau perusahaan yang ada," katanya.

Bakir menambahkan BUMN klaster pangan juga dapat menyatukan sumber daya baik itu SDM ataupun teknologi yang dimiliki setiap perusahaan.

Sebagai Ketua Klaster BUMN Pangan atau calon holding BUMN industri pangan, Direktur Utama PT RNI (Persero) Arief Prasetyo Adi menyampaikan bahwa dengan adanya IFFRI dalam konteks pangan akan berperan sebagai akselerasi pencapaian BUMN klaster pangan mencakup riset pangan dari hulu ke hilir.

Yaitu, mulai dari sistem produksi pangan seperti optimalisasi on farm dan off farm, demplot, optimalisasi produksi garam pangan dan industri, berperan untuk mengkaji hilirisasi produk pangan seperti produk turunan gula/tebu, diversifikasi produk ikan, daging, beras dan produk pangan lainnya, hingga riset sistem distribusi pangan dan pemanfaatan teknologi.

Lebih lanjut, Pahala mengungkapkan bahwa kerja sama antara Pupuk Indonesia dengan BUMN pangan dan Bulog ini nantinya dapat berkolaborasi meningkatkan daya saing sehingga BUMN Indonesia dapat menjadi pemain regional dalam hal ketahanan pangan.

"Untuk itu, kita membutuhkan inovasi bersama," kata Pahala. Sebanyak 11 BUMN yang bersinergi ini juga harus dapat menghasilkan talenta-talenta muda terbaik, menghasilkan riset yang bermanfaat, praktikal dan membanggakan.

"BUMN tentunya tidak dapat melakukan semuanya sendiri. Harus ada kerja sama dengan berbagai research center dan juga perguruan tinggi," tegas Pahala.

Baca juga: Pupuk Indonesia sebut stok pupuk bersubsidi melimpah

Sementara itu, Direktur Human Capital Perum Bulog Purnomo Sinar Hadi menambahkan IFFLI diharapkan mampu meningkatkan kapabilitas karyawan BUMN klaster pangan dan pupuk dengan menyelenggarakan program pembelajaran.

"Materi di dalamnya merupakan kolaborasi antar anggota Research & Learning Institute," ujar Purnomo.

Dalam kolaborasi ini, Pupuk Indonesia, melalui Indonesia Fertilizer Research Institute (IFRI), dipercaya sebagai pemimpin untuk IFFRI. Sedangkan Bulog, melalui Bulog Corporate University, menjadi pemimpin IFFLI.

Ke-11 BUMN yang tergabung dalam Research & Learning Institute ini adalah Pupuk Indonesia, Perum Bulog, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, Perum Perikanan Indonesia, PT Perikanan Nusantara, PT Bhanda Ghara Reksa, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Berdikari, dan PT Garam.

Baca juga: Pupuk Indonesia raih penghargaan BUMN Marketeers Award 2021

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021