Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan melemah seiring pelaku pasar yang masih mencermati proyeksi kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve.

Pada pukul 10.00 WIB, rupiah melemah 50 poin atau 0,35 persen ke posisi Rp14.425 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.375 per dolar AS.

"Investor masih mencermati kenaikan ekspektasi inflasi The Federal Reserve serta proyeksi kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan," tulis Tim Riset Mega Capital Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin.

The Fed pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan lalu menyatakan suku bunga akan naik dua kali pada 2023 yang kemudian memunculkan kekhawatiran akan tapering (pengurangan pembelian obligasi oleh The Fed).

Presiden Federal Reserve Bank St. Louis James Bullard juga mengatakan bahwa bank sentral AS telah memulai diskusi mengenai pengurangan dari program pembelian obligasi selama masa pandemi.

Bullard juga mengatakan bahwa perubahan sikap The Fed adalah tanggapan alami dari pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi yang lebih cepat dari ekspektasi.

Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 92,26, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 92,225.

Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,404 persen, turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,45 persen.

Pada Jumat (18/6) lalu, rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.375 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.355 per dolar AS.

Baca juga: IHSG awal pekan terkoreksi menembus bawah level psikologis 6.000
Baca juga: Dolar lanjut reli setelah Fed indikasikan suku bunga naik lebih cepat
Baca juga: Minyak "rebound" setelah OPEC perkirakan produksi AS akan melambat

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021