Gunung Kidul (ANTARA News) - Seorang ahli geologi dari Universitas Gadjah Mada meneliti tanah ambles seluas sekitar 100 meter persegi di Dusun Wuluh, Desa Botodayaan, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Kami akan memasang alat deteksi gerakan tanah di lokasi itu, sehingga apabila terjadi ambles susulan bisa menjadi dasar untuk menyimpulkan amblesnya tanah tersebut apakah karena adanya rongga sebagai ciri khas struktur tanah kapur, atau kemungkinan ada faktor lain," kata Agus Hendratno, ahli geologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, amblesnya tanah pada 27 September 2010 itu, merupakan hal yang wajar di tanah karst atau tanah kapur yang memiliki struktur khas yaitu terkadang berongga.

"Namun, untuk memastikan penyebabnya, perlu penelitian yang mendalam, dan saat ini saya belum bisa menyimpulkan apa-apa," katanya.

Agus mengatakan berdasarkan cerita dan kesaksian warga setempat, pada 2005 di lokasi itu pernah terjadi tanah ambles. "Kemudian oleh warga diuruk atau ditimbun, dan dibeton hingga rata," katanya.

Tetapi, kata dia berdasarkan cerita warga setempat, timbunan itu secara pelan-pelan turun, yaitu pada 2008, kemudian 2009, dan pada 27 September 2010 ambles lagi seperti kejadian pertama pada 2005," katanya.

Lokasi amblesnya tanah tersebut pada 2005 jaraknya hanya tiga meter dari lokasi ambles 2010. "Tanah yang ambles diameternya 5-6 meter," katanya.

Ia mengatakan amblesnya tanah itu berpola elips ke arat barat, sementara ke selatan ada lembah, ke arah timur berupa bukit. "Tanah yang ambles ke timur menyeret pohon hingga miring, dan dua rumah warga juga terkena dampaknya, yakni pintu rumah tidak bisa ditutup," katanya.

Agus Hendratno mengatakan setelah ditelusuri ke arat barat yaitu ke kawasan hutan yang tidak berpenduduk atau tidak ada permukiman, terdapat "luweng" atau semacam gua vertikal yang ambrol. "Ini lokasi yang paling parah amblesnya, yang ternyata berupa ledokan atau tempat rendah, yang sejak 2008 sudah diketahui semakin turun," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertambangan Kabupaten Gunung Kidul Budi Susanto mengatakan pemerintah kabupaten menaruh perhatian serius terhadap amblesnya tanah di lokasi tersebut.

"Pemerintah kabupaten bersama ahli geologi dari UGM meneliti amblesnya tanah itu, untuk mengetahui kondisi tanah setempat apakah layak atau aman sebagai tempat hunian warga atau tidak," katanya.

Masyarakat setempat memperkirakan ada rongga berupa sungai bawah tanah, sehingga tanah di atasnya akan mudah ambles terutama akibat diguyur hujan terus menerus.

"Untuk menghindari jatuhnya korban jiwa, Pemkab Gunung Kidul melalui Wakil Bupati Badingah telah mengimbau masyarakat sekitar lokasi itu untuk meningkatkan kewaspadaan, dan kalau perlu mengungsi ke tempat saudara maupun kerabat yang lokasinya lebih aman," katanya.

Kepala Dusun Wuluh Jumali mengatakan akibat tanah ambles tersebut sebuah kamar mandi dan WC, serta masjid, terseret ke bawah. "Sebanyak 35 jiwa penduduk setempat yang menempati 10 rumah, saat ini terancam kemungkinan terjadi ambles susulan," katanya. (ANT-160/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010