Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin menyatakan, pihaknya mencatat janji pemerintah yang tidak akan melakukan kebijakan importasi beras di saat stok beras nasional sedang dalam kondisi surplus.

"Harapannya, ya dapat ditepati karena langka sekali ketepatan janji pemerintah terutama persoalan importasi beras," kata Andi Akmal Pasluddin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.

Ia mengatakan, saat ini publikasi berkaitan statistik beras telah menyebar luas, di mana produksi beras pada masa tanam (MT) I tahun 2021 sebesar 17,56 juta ton dan terdapat surplus overstok pada Januari 2020 sebesar 7,39 juta ton. Sementara jumlah konsumsi nasional 14,67 juta ton, sehingga akhir Juni 2021 terdapat surplus beras 10,29 juta ton.

Untuk itu, ujar dia, dengan data yang sudah jelas dan tersebar di masyarakat ini, jangan sampai nantinya dengan berbagai macam alasan muncul keputusan untuk tiba-tiba impor.

Akmal mengingatkan bahwa saat ini semua institusi negara sudah mulai kompak di mana Kementerian Pertanina, Kementerian Perdagangan, dan Perum Bulog, menyepakati tidak ada importasi beras, kecuali beras premium yang karena memang cuma ada sedikit dan segmentasinya sangat terbatas seperti beras basmati untuk nasi kebuli.

Kompaknya lembaga antar negara itu, ujar dia, mesti terus dilakukan agar tidak membingungkan rakyat dan jangan ada lagi skenario importasi beras reguler.

"Sekali lagi saya berharap, semua komitmen dengan yang sudah diputuskan. Saat ini sudah disampaikan stok cadangan beras pemerintah masih terjaga sebanyak 1,4 juta ton sehingga tidak ada alasan ini dan itu di kemudian hari tahun 2021 ini muncul gebrakan tidak enak berupa impor beras," tegasnya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menegaskan bahwa stok beras di Badan Urusan Logistik (Bulog) mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam negeri, sehingga tidak akan ada impor beras dalam waktu dekat.

"Kita bisa pastikan bahwa tidak ada impor dan ketersediaan stok di Bulog itu cukup dan bisa menampung untuk 12 bulan ke depan," kata Mendag saat menggelar konferensi pers secara virtual di Jakarta, Senin (5/7).

Mendag memaparkan keputusan tersebut dilandasi oleh prediksi Badan Pusat Statistik (BPS) yang melansir bahwa hasil panen pada 2021 akan lebih baik dibanding tahun sebelumnya, yakni 33 juta ton. Selain itu, stok beras di gudang Bulog saat ini mencapai 1,39 juta ton.

"Karena program ketersediaan pasokan dan stabilitas harga (KSPH) atau operasi pasar (OP) itu 80.000 ton per bulan, maka stok 1,39 juta ton ini bisa memenuhi lebih dari satu tahun cadangannya untuk Bulog. Jadi, ini bagus dan saya tidak ada ekspektasi sama sekali untuk mengimpor beras saat ini," ujar Mendag.

Diketahui, Mendag memastikan bahan kebutuhan pokok (bapok) tersedia dengan harga yang stabil selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, mulai dari beras, minyak goreng, telur, daging, hingga bawang merah dan cabai merah.

"Saya pastikan bahwa seluruh bapok yang saya sebutkan mempunyai kecukupan lebih dari dua minggu pada hari ini setidaknya, tapi yang lain lebih dari satu bulan. Semua barang-barang ini ada, stabil, terjangkau, dan mudah-mudahan dalam PPKM Darurat ini, tidak ada permasalahan," kata Mendag.

Baca juga: Mendag: Stok beras cukup, tak ada impor

Baca juga: Erick Thohir sebut impor beras masalah kebijakan dan terkait satu data

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021