Visi kemanusiaan dalam idealisme NU dan fondasi NKRI mengandung inspirasi untuk mencari jalan keluar dari ancaman destabilisasi global.
Jakarta (ANTARA) - Katib Aam PBNU Kiai Haji Yahya Cholil Staquf ketika melawat ke Amerika Serikat membicarakan soal perdamaian global di tengah pandemi COVID-19.

Walaupun dibayang-bayangi pandemi,​​ ​​​kata K.H. ​Yahya Cholil Staquf dalam keterangannya diterima di Jakarta, Senin, masyarakat internasional tidak dapat menunda upaya mencari jalan keluar dari berbagai masalah yang tidak kalah mendesaknya, terutama terkait dengan ancaman konflik yang makin membahayakan di tingkat lokal, regional, dan global.

Hal itu yang membuat Katib Aam PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf ikut terlibat aktif dalam aktivisme perdamaian dunia di tengah pandemi. Selama 5 hari di AS, Gus Yahya, sapaan akrab Katib Aam PBNU, mengikuti lima agenda utama.

Katib Aam PBNU diminta terlibat dalam pembicaraan menyangkut agenda IF20 (Inter Faith 20), yaitu agenda sandingan dalam KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) G20, yang akan digelar pada bulan September mendatang di Bologna, Italia.

Sebagai wakil dari Gerakan Global Islam untuk Kemanusiaan (Humanitarian Islam), Katib Aam akan menggelar KTT bersama Komunitas Masjid Muhammad atau dikenal juga sebagai The Nation’s Mosque, yaitu komunitas Muslim Afro-Amerika yang nenek moyang mereka diperbudak di Amerika sekian abad yang lalu.

KTT itu bertajuk Building a Global Alliance Founded Upon Shared Civilizational Values (membangun aliansi global berdasarkan nilai-nilai keadaban bersama).

"Selain itu, mengikuti WEA (World Evangelical Alliance), organisasi Evangelis Internasional dengan pengikut lebih dari 600 juta orang di 140 negara," kata Gus Yahya.

Baca juga: Modin Muslimat NU Surabaya bantu tangani jenazah pasien COVID-19

Selanjutnya, Katib Aam PBNU mengikuti KTT IRF (International Religious Freedom Summit) selama 3 hari dan menyampaikan pidato pada salah satu plenonya dengan topik The Rising Tide of Religious Nationalism (pasang naik nasionalisme religius).

Di sela kegiatan, Gus Yahya juga dijadwalkan bertemu dengan sejumlah senator Amerika, yaitu Mitt Romney, Benjamin Sasse, dan Thomas Cotton.

Katib Aam juga akan berbagi panel dengan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo yang pernah berkunjung ke Jakarta atas undangan GP Ansor pada bulan Oktober tahun lalu.

Kunjungan tersebut saat gelaran konferensi oleh Hudson Institute, salah satu think tank terbesar di Amerika untuk mendiskusikan masalah-masalah terkait dengan stabilitas kawasan Indo-Pasifik.

"Saya akan mengusung gagasan-gagasan yang bersumber dari idealisme Nahdlatul Ulama, nilai-nilai Pancasila, serta pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945," kata Katib Aam.

Ia menjelaskan visi kemanusiaan dalam idealisme NU dan fondasi NKRI mengandung inspirasi yang sangat dibutuhkan untuk mencari jalan keluar dari ancaman destabilisasi global yang paling berbahaya dewasa ini, yaitu konflik antaridentitas, baik etnik, agama, maupun ideologi sekuler.

Baca juga: Persatuan Guru NU Jakarta buka magang ke Jepang untuk bidan

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021