Jakarta (ANTARA News )- Kuintet musik kontemporer terdepan asal Australia, Topology akan tampil pada Festival Salihara pada 3-4 Oktober 2010, di Jakarta.

"Penampilan Topology adalah bagian dari festival budaya yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Australia di Jakarta selama kurang lebih satu bulan yakni OzFest 2010 pada 17 September-17 Oktober 2010," kata Manajer Festival Salihara, Dian Ina Mahendra, di Institut Daya Musik Indonesia Jakarta, Sabtu.

Menurutnya, kelenturan musik Topology menjadi pertunjukan yang menarik dalam Festival Salihara.

Ina mengatakan, Festival Salihara masuk ke dalam rangkaian acara OzFest 2010. Festival Salihara tahun ini mengusung tema "Bianglala Seni Urban".

Menurutnya, Festival Salihara diibaratkan seperti bianglala atau pelangi sementara perkembangan musik layaknya perkembangan kaum urban.

Dia menjelaskan, pelangi terdiri dari berbagai macam warna begitupun dengan Festival Salihara yang akan menampilkan enam musisi Indonesia dan enam musisi asing dengan kata lain Festival tersebut disisi oleh berbagai macam musisi baik dalam dan luar negeri.

"Festival Salihara memberikan kontribusi yang penting bagi perkembangan musik Indonesia dan memberikan nilai tersendiri bagi karya musik dan seni musisi Indonesia," kata Ina.

Peniup saksofon dan komponis kelompok musik Topology, John Babbage, mengatakan kelompok musik Topology memiliki genre musik melalui pendekatan atas musik klasik kontemporer.

John mengatakan, tujuan utama mereka akan tampil di Festival Salihara Jakarta adalah untuk memperkenalkan aliran musiknya dan menunjukkan pada khalayak Indonesia tentang keanekaragaman dan kreativitas seni yang unik dari Australia.

"Topology memiliki kelenturan dalam menggabungkan berbagai jenis aliran musik mulai dari berkolaborasi dengan seniman pop, jazz, komedi, dan tekno dengan tetap mempertahankan musik asli kami," kata Jhon.

Dia mengatakan, kelenturan dan fleksibiltas musik Topology juga ditunjukkan dari aneka ragam tema yang diusung oleh Topology mulai dari tema politik, filsafat, masalah-masalah kehidupan modern dengan disertai rasa humor yang tinggi.

Menurutnya, tiga tahun yang lalu ia dan kelompoknya pernah tampil di Indonesia tepatnya di "Surabaya Art Festival" untuk membawakan dan memperkenalkan musik kontemporer klasik.

"Musik Topology juga sering kali disatukan dengan berbagai jenis aliran musik misalnya menggabungkan dengan teknik gamelan Jawa dan Bali namun tetap mempertahankan musik kontemporer itu sendiri," kata Jhon.

Pemain piano Topology, Therese Milanovic juga mengungkapkan hal yang sama bahwa musik mereka sangat fleksibel dan mudah untuk digabungkan dengan berbagai jenis musik.

"Kami sangat tertarik dengan kekayaan budaya Indonesia oleh karena itu kami memiliki keinginan untuk menggabungkan musik kami dengan musik tradisional Indonesia seperti gamelan," katanya.

Sejauh ini Robert Davidson selaku Direktur Seni Topology hanya menggunakan teknik gamelan pada musik kami belum pada penggabungan intrumen.

"Mungkin pada proyek selanjutnya kami akan melakukan penggabungan instrumen," kata Therese.

Bagi Therese, Topology dan piano adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Bersama dengan Bernard Hoey pemain biola, mereka hampir 20 tahun menghabiskan waktu dan hidup mereka untuk bermain musik kontemporer klasik.

"Saya sudah mencoba hal lain selain musik namun ternyata tidak membuat saya bahagia. Saya dan kelompok musik Topology ingin memperkenalkan musik kami kepada masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat internasional secara umum," kata Therese.
(KR-MDR/025)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010