Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Joko Pamungkas mengatakan keberadaan ahli taksonomi yang lebih banyak sangat penting untuk mempercepat penemuan spesies di Indonesia.

"Sedikitnya jumlah taksonom di Indonesia akan memperlambat laju temuan spesies (species discovery) di Tanah Air.," kata Joko saat dihubungi ANTARA, Jakarta, Selasa.

Saat ini Indonesia mempunyai sekitar 80-an taksonom aktif yang sudah mendeskripsi spesies flora dan fauna di Indonesia. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 10 orang yang menekuni taksonomi biota laut. Dan dari 10 taksonom kelautan, hanya dua yang senior.

Joko tertarik pada taksonomi cacing poliket utamanya karena di Indonesia belum ada peneliti yang menekuni bidang tersebut. Padahal di Indonesia ada cacing wawo dan nyale yang keberadaannya cukup fenomenal karena budaya mengkonsumsi cacing hanya ditemukan di beberapa negara di dunia.

Di Indonesia Timur, terdapat cacing laut jenis cacing wawo dan nyale yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Biasanya hewan itu muncul setahun sekali atau dua kali, yakni pada Februari atau Maret, dalam jumlah yang sangat banyak.

Cacing-cacing tersebut umumnya hidup di dasar laut, namun pada waktu-waktu tertentu akan muncul ke permukaan air dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya.

Menurut Joko, perairan Indonesia, sebagai hotspot keanekaragaman hayati laut dunia, adalah "rumah" bagi sedemikian banyak jenis biota laut yang belum dideskripsi oleh ilmuwan, termasuk di antaranya poliket. Itu memotivasi Joko untuk menekuni taksonomi poliket.

Baca juga: Indonesia Kekurangan Ahli Taksonomi

Baca juga: LIPI: Selada laut punya aktivitas antivirus potensial sebagai obat


Dari sekitar 11.500 jenis poliket yang ada di dunia, sekitar 300 jenis berasal dari Indonesia. Namun, 99 persen yang menemukan dan mendeskripsi poliket Indonesia adalah para peneliti asing, mayoritas dari Eropa (Belanda, Perancis dan Jerman), serta hampir seluruh spesimen tidak ada di Indonesia tetapi disimpan di Naturalis Biodiversity Center di Leiden, Belanda.

Poliket adalah cacing bersegmen termasuk dalam kelas Polychaeta, filum Annelida.

Sebagai ciri khasnya, cacing tersebut memiliki banyak rambut di sekujur tubuhnya. Itu sesuai dengan namanya, yakni 'poly' yang berarti banyak, dan 'chaeta' yang berarti rambut.

Berbeda dengan cacing tanah, habitat khas poliket adalah air payau dan laut, mulai dari tepi pantai sampai laut dalam. Hanya sedikit spesies yang ditemukan di air tawar.

Poliket memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darah berwarna merah karena mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen.

Secara umum, poliket adalah hewan pengurai yang memakan materi organik. Meski demikian, ada juga yang memakan sesama poliket maupun hewan air lainnya, seperti cacing bobbit (Eunice aphroditois) yang mampu makan ikan kecil.

Baca juga: Jenis burung di Indonesia bertambah 18 jenis

Baca juga: LIPI: Cacing poliket kaya protein bisa jadi sumber pangan alternatif


 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021