Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno berharap “Indonesia Spice Up The World” akan meningkatkan peluang Indonesia di industri kuliner dunia.

Oleh karena itu, pihaknya mendukung penuh program yang digagas Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi tersebut dengan memberangkatkan delegasi pendukung ke Amerika Serikat dalam waktu dekat.

"Program ini sudah dirancang dengan baik sejak lama. Ini adalah pilihan, ditunda atau dijalankan dengan adaptasi. Adaptasi ini yang saya ambil sebagai langkah untuk memastikan pemulihan ekonomi kita tidak tertunda. Bahwa kita tidak akan sepenuhnya hadir secara fisik, tapi hybrid," kata Sandiaga dalam siaran pers dikutip Selasa.

"Indonesia Spice Up The World” merupakan salah satu program utama pemerintah yang melibatkan lintas kementerian/lembaga sebagai salah satu upaya perluasan pemasaran produk bumbu atau pangan olahan dan rempah Indonesia.

Baca juga: Visual jadi faktor penting bagi pengusaha kuliner berjualan daring

Selain itu, program tersebut juga ditujukan menguatkan industri kuliner Indonesia dengan pengembangan restoran Indonesia di luar negeri atau sebagai bagian dari gastrodiplomasi restoran.

Sandiaga menjelaskan, berdasarkan data, nilai ekspor bumbu atau rempah olahan dan komoditas atau rempah segar Indonesia mengalami tren positif dengan rata-rata pertumbuhan 2,95 persen selama lima tahun terakhir. Pada 2020, nilai ekspor tercatat sebesar 1,02 miliar dolar AS.

Adapun target dari “Indonesia Spice Up The World” hingga 2024 mendatang adalah peningkatan nilai ekspor bumbu dan rempah menjadi 2 miliar dolar AS serta hadirnya 4.000 restoran Indonesia di luar negeri.

"Pelaku parekraf kita butuh pasar di luar negeri, mereka harapkan bahwa pandemi ini bisa membuka peluang-peluang rempah Indonesia untuk berkembang. Kita tidak boleh menurunkan semangat dan persiapan agar pelaku ekonomi kreatif, terutama UMKM kita bela. Kita harus hadir dan mereka butuh pasar ini," kata Sandiaga.

Amerika Serikat sendiri dikatakan Sandiaga merupakan pasar yang besar untuk pengembangan pasar rempah dan kuliner khas Indonesia, mengambil porsi sekitar 20-25 persen dari pasar ekspor rempah Indonesia.

"Jadi peluang besar juga adalah restoran Indonesia di sana. Dalam koordinasi dengan tim Konjen RI di sana, ada sekitar 100 sampai 150 restoran yang dapat berpartisipasi dalam mewujudkan 4.000 restoran Indonesia di luar negeri," kata Sandiaga.

Kehadiran delegasi Kemenparekraf nantinya sebagai langkah awal dalam program “Indonesia Spice Up The World” dengan melakukan koordinasi bersama KBRI dan KJRI di New York.

Delegasi tersebut melakukan penguatan jejaring melalui pertemuan dengan para penggiat kuliner, importir bumbu, dan pengusaha restoran bukan Indonesia di New York untuk ikut berperan aktif menyemarakkan program dan mendorong pembukaan restoran baru berbasis kuliner Indonesia di New York.

Selain itu, juga melakukan pertemuan terkait International Year of Creative Economy dengan PTRI untuk menekankan kembali posisi Indonesia dan peluang untuk kerja sama internasional, serta penguatan jejaring strategis lainnya antara lain di bidang musik, wisata minat khusus, dan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

"Walau saya sudah mendapat persetujuan pimpinan, tapi saya putuskan untuk tidak berangkat tapi ikuti kegiatan secara hybrid," kata Sandiaga.

Dalam kesempatan itu Menparekraf Sandiaga juga menyatakan pihaknya berkomitmen untuk menjalankan program yang tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu bagi industri dan juga pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif.

Kemenparekraf, kata dia, akan mempercepat kebijakan yang berpihak pada pelaku parekraf melalui program mandiri maupun kolaborasi dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Di antaranya dengan restrukturisasi kewajiban perbankan, program penjaminan kredit usaha baik untuk UKM maupun usaha besar atau korporasi, dan program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Sementara untuk usaha perorangan mikro, pemerintah telah menyediakan program Bantuan Presiden untuk Usaha Mikro (BPUM).

Pemerintah juga meluncurkan program untuk membantu beban operasional usaha melalui relaksasi biaya listrik dan juga perpajakan untuk para pekerja dan masyarakat yang terdampak. Pemerintah juga telah menyediakan program pra kerja dan bantuan sosial.

Di sektor parekraf sendiri, Kemenparekraf telah mengajukan ke Kementerian Keuangan dan mempersiapkan secara khusus program PEN dengan pagu anggaran sebesar Rp2,4 triliun.

Program PEN tersebut dijalankan melalui sejumlah program, yaitu Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI), Bangga Buatan Indonesia (BBI), Sertifikasi CHSE bagi usaha Pariwisata, PEN Film, dukungan akomodasi hotel untuk tenaga kesehatan, juga Bantuan Pemerintah untuk Usaha Pariwisata (BPUP).

Kemenparekraf mendorong para pelaku pariwisata untuk memanfaatkan program-program yang telah disiapkan agar dapat menciptakan peluang-peluang baru, meningkatkan kapasitas dan kompetensi diri, serta mempersiapkan daya tarik wisata yang lebih baik lagi.

"Kita akan pastikan ketepatan sasaran program serta akuntabilitasnya," kata Sandiaga.

Baca juga: Kisah UMKM populerkan se'i lewat digitalisasi

Baca juga: Berdiam di rumah rasa staycation dengan bento dan hantaran dari hotel

Baca juga: Pedas gurih sate rembiga, hidangan wajib coba di Lombok

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021