Jakarta (ANTARA) - Komite Olimpiade Indonesia (KOI) menyatakan akan 'stand by' atau berjaga-jaga menjadi tuan rumah cadangan seandainya Brisbane, Australia tiba-tiba menyatakan mundur menjadi penyelenggara Olimpiade 2032.

Menurut Sekretaris Jenderal KOI Ferry J Kono, kesempatan tersebut terbuka mengingat dalam perjalanan mengikuti bidding tuan rumah Olimpiade, Indonesia sudah berada dalam tahap continuous dialogue dan selangkah lagi mencapai status targeted dialogue.

“Kami tidak menutup kemungkinan apabila dalam perjalanannya nanti ada kebijakan atau keputusan politik dari Brisbane yang bisa berakibat mereka membatalkan (Olimpiade 2032),” kata Ferry saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

“Besar kemungkinan kami menjadi negara kandidat ini, seperti kejadian Asian Games 2018 ketika Vietnam mundur, sehingga Indonesia jadi penyelenggara pengganti,” tambah dia. 

Baca juga: Indonesia bidik Olimpiade 2036 usai gagal jadi tuan rumah 2032 

Namun pada saat bersamaan, KOI juga mulai membidik Olimpiade 2036 dengan harapan status continuous dialogue yang sudah dikantongi dalam bidding tuan rumah Olimpiade 2032 itu bisa menjadi modal sekaligus nilai plus dalam proses pencalonan berikutnya.

“Fokus kami sekarang menjadi tuan rumah di 2036 mengingat kami sudah punya modal di bidding 2032. Artinya, dari segi dokumentasi pada saat ini kami sudah pada fase continuous dialogue dan untuk 2036 kami jadi satu-satunya negara kandidat yang dokumennya sudah ada. Semoga ini bisa kita lalui dengan lancar,” ujar Ferry.

Dalam jumpa pers pada Juli lalu, Presiden IOC Thomas Bach menjelaskan kandidat negara yang saat ini menjalani proses bidding berpotensi mengambil bagian melanjutkan proses untuk menjadi tuan rumah 2036 atau 2040.

Indonesia harus mengubur mimpi menjadi penyelenggara Olimpiade 2032 setelah Brisbane, Australia resmi terpilih menjadi tuan rumah berdasarkan hasil pemungutan suara dalam Sesi Komite Olimpiade Internasional (IOC) ke-138 di Tokyo, Rabu.

Dalam pemungutan suara tersebut, Brisbane meraih 72 suara dari total 77 anggota IOC yang mempunyai hak suara valid. Sebelum dibawa dalam rapat IOC, Ibu Kota Queensland itu ditetapkan menjadi satu-satunya kandidat yang diajukan oleh Komisi Tuan Rumah Olimpiade Masa Depan ke Dewan Eksekutif IOC.

Baca juga: Kalahkan Indonesia, Brisbane jadi tuan rumah Olimpiade 2032 

Dewan Eksekutif selanjutnya mengusulkan Brisbane kepada IOC untuk dibawa ke Sesi IOC di Tokyo. Sementara kandidat lain, diantaranya Indonesia, Qatar, Unifikasi Korea dan China tidak ikut dalam pemilihan tersebut.

Format tersebut menjadi norma baru IOC dalam pemilihan tuan rumah Olimpiade agar tidak “terlalu banyak pencundang", kalimat yang pertama kali muncul setelah kasus bidding tuan rumah Olimpiade 2024.

Meski gagal dan kecewa, KOI tetap mengharagai keputusan IOC atas penetapan Brisbane sebagai tuan rumah Olimpiade 2032.

“Pemilihan menggunakan cara baru sebagai bagian dari agenda 2020 di mana model pemilihan tidak seperti yang lalu. Tapi apa pun itu, Brisbane sudah dipilih, kami tentu berikan ucapan selamat,” tutup Ferry. 

Baca juga: Cerita mahasiswa Indonesia di perayaan Brisbane untuk Olimpiade 2032 
Baca juga: Dewan eksekutif IOC usulkan Brisbane tuan rumah Olimpiade 2032 
Baca juga: Australia jamin IOC akan danai Brisbane 2032 

 

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021