Jakarta (ANTARA) - Tatkala Hidilyn Diaz dan Flora Duffy mengalungi diri sendiri dengan medali emas Olimpiade Tokyo 2020, itu bukan saja menjadi simbol untuk pencapaian pribadi tertinggi mereka.

Hidilyn Diaz tidak saja lebih kuat (fortius) dan Flory Duffy tidak hanya lebih cepat (citius), tetapi juga memberi energi dan semangat lebih besar kepada negara mereka.

Prestasi kedua wanita yang sudah pasti disambut bak pahlawan begitu pulang ke negerinya itu jauh melebihi diri mereka sendiri karena itu sudah tumpah bertransformasi menjadi prestasi seluruh negeri, prestasi Filipina, prestasi Bermuda.

Medali emas mereka adalah medali emas pertama kedua negara selama mengikuti Olimpiade.

Bagi Filipina, emas ini akhir penantian selama 97 tahun, sementara bagi Bermuda kurang lebih sama bahkan merupakan medali kedua sejak Clarence Hill menyabet perunggu tinju kelas berat dalam Olimpiade Montreal 1976.

Sejak Diaz tuntas mencatat total angkatan 224 kilogram untuk memecahkan rekor Olimpiade pada angkat besi putri kelas 55kg putri, media massa dan rakyat Filipina serempak menghamburkan pujian dan menyenandungkan kidung kebahagiaan. Seluruh negeri dimabuk suka cita tertinggi.

Baca juga: Hidilyn Diaz sumbang emas pertama untuk Filipina

"Gold!", tulis Manila Times dalam headlinenya hari ini, sedangkan laman The Philippine Star menurunkan judul utama "Herstory made: Hidilyn Diaz breaks Philippines’ Olympic gold dry spell". Laman The Inquirer lain lagi, tak kurang empat berita tentang Diaz dipajang lama sebagai headline webnya.

"Selamat, Hidilyn. Seluruh bangsa Filipino bangga kepadamu," kata juru bicara kantor kepresidenan Filipina Harry Roque, tak lama setelah Diaz memastikan medali emas pertama Olimpiade untuk Filipina.

Medali emas ini makin istimewa karena dibubuhi titel rekor Olimpiade yang bahkan dia ciptakan dalam usia yang tidak muda lagi bagi seorang atlet.

"Saya sudah berusia 30 tahun dan saya kira penampilan saya bakal turun, tapi saya kaget saya ternyata bisa melakukannya,” kata Diaz seperti dikutip Reuters.

Diaz sejenak bisa melupakan tahun-tahun pahit karena harus menjalani isolasi, pengorbanan, latihan keras, dan nutrisi ketat yang mempersembahkan medali emas Olimpiade pertama Filipina. Kini dia bisa menikmati segala makanan kesukaannya yang dulu dijauhinya demi prima mengangkat barbel.

"Ya, saya akan makan banyak malam ini," kata dia diiringi senyum kepada AFP tentang rencananya setelah angkatan terakhirnya seberat 127kg memastikan medali emas dan sekaligus memecahkan rekor Olimpiade yang sebelum ini menjadi milik pemegang rekor dunia China Liao Qiuyun.

"Saatnya merayakan bersama dengan orang-orang yang ada di belakang saya. Jadi ya, saya bersyukur sekali sekarang bisa makan lagi," kata sang lifter putri Filipina.

Selanjutnya bersyukur ilhami ...

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021