Jakarta (ANTARA) - PT Bank Mandiri (Persero) mencetak pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 16,4 persen (yoy) menjadi Rp1.014,3 triliun dari periode sama sebelumnya yang hanya Rp871,7 triliun.

“Pertumbuhan kredit didorong oleh perusahaan anak yakni Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Bank Mandiri Taspen (Mantap),” kata Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Pertumbuhan ini ditopang oleh segmen wholesale banking yang tumbuh 7,13 persen (yoy) menjadi Rp534,2 triliun dari Rp498,6 triliun, segmen retail yang tumbuh 5,78 persen (yoy) menjadi Rp271 triliun dari Rp256,2 triliun, serta anak perusahaan yang tumbuh 79,03 persen menjadi Rp209,1 triliun dari 116,8 triliun.

“Sedangkan average balance kredit tumbuh cukup baik yaitu mencapai 9,85 persen (yoy) yakni dari Rp8758 triliun menjadi Rp962,1 triliun,” katanya.

Ia menjelaskan pertumbuhan kredit tidak lepas dari kekuatan jaringan kantor di wilayah yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan sektor-sektor unggulan di masing-masing wilayah dengan tetap memperhatikan profil risikonya.

Adapun sektor penopang dari setiap wilayah di Indonesia antara lain adalah di Sumatera Rp117 triliun yang tumbuh 3,7 persen (yoy) dengan sektor unggulan berupa sawit dan CPO Rp36,1 triliun, FMCG Rp21 triliun serta pupuk dan obat hama Rp5 triliun.

Baca juga: Bank Mandiri telah salurkan penjaminan PEN Rp500 miliar per Juni 2021

Untuk pertumbuhan kredit di Kalimantan sebesar Rp36,6 triliun atau 29,6 persen (yoy) dengan sektor unggulan berupa sawit dan CPO Rp17,2 triliun, konstruksi Rp1,9 triliun serta energi dan air Rp1,1 triliun.

Untuk pertumbuhan kredit Sulawesi Rp29,7 triliun atau 14,4 persen (yoy) dengan sektor penopang berupa energi dan air Rp4,6 triliun, pertanian dan kehutanan Rp1,1 triliun, serta peternakan dan perikanan Rp499,1 miliar.

Untuk pertumbuhan kredit di Jawa sebesar 3,9 persen (yoy) atau Rp541,3 triliun dengan sektor penopang berupa konstriksi Rp57,1 triliun, telekomunikasi Rp34,5 triliun, serta perikanan dan kehutanan Rp6 triliun.

Untuk pertumbuhan kredit di Bali dan Nusa Tenggara sebesar 2,7 persen (yoy) atau Rp27,3 triliun dengan sektor penopang berupa FMGC Rp1,4 triliun, perikanan dan peternakan Rp298,6 miliar serta pertanian dan kehutanan Rp252,6 miliar.

Terakhir yaitu pertumbuhan kredit di Maluku dan Papua masih terkontraksi 0,5 persen (yoy) atau Rp4,9 triliun dengan sektor penopang berupa konstruksi Rp133,3 miliar, peternakan dan perikanan Rp93,1 miliar, serta konsumsi Rp2,8 triliun.

“Secara keseluruhan pertumbuhan kredit di Maluku dan Papua masih terkontraksi terutama disebabkan sektor konstruksi yang belum pulih,” ujarnya.

Sementara itu, pembiayaan ke segmen UMKM tercatat naik 20,1 persen (yoy) menjadi Rp98,3 triliun hingga kuartal II-2021 didorong oleh penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang mencapai Rp19,68 triliun kepada lebih dari 200 ribu debitur.

Baca juga: Bank Mandiri bukukan laba bersih Rp12,5 triliun pada semester I 2021

Debitur penerima KUR berasal dari berbagai industri sektor seperti pertanian dan perikanan Rp5,87 triliun, sektor industri pengolahan Rp1,6 triliun, sektor jasa produksi Rp3,19 triliun dan sektor perdagangan dan jasa Rp8,26 triliun.

Ahmad memastikan penyaluran kredit secara keseluruhan dilakukan secara prudent kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat.

Upaya ini pun menghasilkan kualitas kredit yang cukup baik dengan rasio NPL Gross sebesar 3,08 persen atau turun 21 bps dari triwulan II tahun lalu.

Capaian ini juga diikuti dengan inisiatif untuk terus membentuk coverage ratio di level yang konservatif di kisaran 221,87 persen atau meningkat 26,35 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021