Mamuju (ANTARA News) - Pendukung salah satu calon Gubernur Sulawesi Barat, Asri Anas menilai terjadi politik kotor menjelang pemilihan gubernur (Pilgub) Sulbar yang digelar tahun 2011.

Isra D Pramulya yang menjadi sekertaris pemenangan Cagub Asri Anas di Mamuju, Senin, mengatakan, politik kotor di Sulbar tampak mulai terlihat dilakukan pendukung kandidat lain menjelang pilgub Sulbar yang akan digelar tahun 2011 mendatang.

Menurut dia, aksi pengrusakan baliho cagub Asri Anas yang saat ini menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI di pusat mewakili Provinsi Sulbar, merupakan bukti telah terjadi politik kotor di Sulbar, yang dapat mencederai proses demokratisasi yang coba dibangun.

"Sejumlah baliho cagub Asri Anas di Kota Mamuju, diantaranya di pasar Lama Mamuju dan Pasar Regional Mamuju serta di sejumlah titik lainnya, dirusak sekelompok orang yang diduga pendukung kandidat lain di pilgub Sulbar," katanya.

Ia mengatakan, tindakan pengrusakan baliho tersebut sangat disesalkan, dan mestinya tidak dilakukan karena selain mencederai demokrasi dapat membuat konflik di masyarakat.

"Nampaknya ada yang tidak senang dengan majunya Asri Anas mantan Ketua KNPI Sulbar sebagai figur generasi muda bertarung di pilgub Sulbar dengan adanya pengrusakan baliho ini," katanya.

Sehingga ia meminta agar para kandidat lain dapat mendidik kader dan simpatisan agar peristiwa pengrusakan tersebut tidak terjadi lagi, karena akan mencederai proses politik di Sulbar.

"Kandidat lainnya yang akan bertarung di pilgub Sulbar hendaknya mendidik kadernya secara santun agar tidak lagi melakukan perusakan baliho yang tidak terpuji itu," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya tidak sepakat dengan aksi-aksi pengrusakan baliho tersebut karena majunya Asri Anas yang saat ini menjabat sebagai pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat sebagai kandidat cagub di pilgub Sulbar, karena hendak memajukan nuansa berpolitik di Sulbar agar berjalan demokratis.

"Sebagai generasi muda Asri Anas ingin membangun perpolitikan secara demokratis di Sulbar, makanya kami sebagai pendukungnya tidak sepakat dengan perusakan baliho karena itu adalah praktik politik kotor," katanya. (MFH/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010