Sleman, Yogyakarta (ANTARA News) - Anak-anak yang ikut mengungsi karena sekolahnya berada di kawasan rawan bencana alam gunung meletus di Kaliurang, Sleman, tetap ceria mengikuti kegiatan belajar-mengajar.

"Kami senang masih bisa belajar meskipun harus menumpang di sekolah lain," kata Dimas Prakosa, siswa kelas 6 SD Kaliurang 2 di Posko Pengungsi Hargobinangun, Pakem, Sleman, Selasa.

Siswa SD Kaliurang 1 dan 2 terpaksa dipindahkan kegiatan belajar mengajar di SD Purworejo, Pakem karena sekolah mereka masuk dalam kawasan rawan bencana.

Dimas mengaku kurang begitu nyaman karena kondisi sekolah yang terpaksa menggabung beberapa kelas sehingga sulit untuk konsentrasi belajar.

Hal senada dikatakan Usman Naufal Yunarto, teman sekelas Dimas yang berharap mereka bisa segera kembali kerumah dan bersekolah seperti biasa.

Kepala Unit Ops Kecamatan Pakem, Budiharjo mengatakan, meskipun kondisi saat ini serba darurat karena aktivitas Gunung Merapi yang meningkat, sekolah harus tetap aktif sehingga pelajaran siswa tidak terganggu.

"Sekolah masih aktif, hanya kita pindah ke lokasi yang lebih aman. Kita tidak mau mengambil resiko," kata Budiharjo.

Hingga sehari setelah ditetapkan status Merapi menjadi awas pada Senin (25/10) sebanyak 1.756 warga di tiga kecamatan yaitu Cangkringan, Pakem dan Turi dievakuasi ke lokasi yang lebih aman.

Sebagian besar yang dievakuasi adalah kelompok rentan seperti ibu hamil, lansia dan balita serta penyandang cacat. Direncanakan seluruh warga yang tinggal di kawasan rawan bencana Merapi segera dievakuasi.

Hingga Selasa (26/10) aktivitas Gunung Marapi terus meningkat ditandai dengan guguran lava dengan laju luncur mencapai satu hingga dua kilometer per jam. (D016/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010