Tangerang (ANTARA) - Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Aritmia dan Konsultan Kardiologi Intervensi Eka Hospital BSD, Ignatius Yansen menyatakan alat pacu jantung berfungsi sebagai cadangan bila denyut jantung seseorang terlalu pelan dan dapat bertahan 8-15 tahun, tergantung dari pemakaian.

"Bila denyut jantung dalam keadaan normal alat ini tidak akan bekerja. Maka dari itu, baterai generator akan lebih cepat habis pada pasien yang bergantung sepenuhnya pada alat ini dan baterai harus diganti," kata dr. Ignatius Yansen dalam keterangan resminya di Tangerang, Kamis.

Ia memaparkan dengan bertambahnya usia, akan terjadi penurunan kualitas dari generator dan saluran listrik yang bertugas menghantarkan impuls listrik. Hal ini menyebabkan denyut jantung akan semakin pelan, di bawah 60 kali per menit.

Baca juga: Fasilitas publik Surabaya dilengkapi alat pacu jantung

Apabila gangguan ini cukup berat, denyut nadi akan sangat pelan dan jantung tidak mampu memompa darah ke organ-organ vital di tubuh, sehingga akan menimbulkan gejala pada penderitanya seperti cepat lelah, pusing, dan jatuh pingsan. Pada kasus yang lebih berat, keluhan dapat berupa nyeri dada, sesak nafas, hingga stroke.

Apabila hal tersebut terjadi, diperlukan alat bantu yang disebut alat pacu jantung. Alat pacu jantung terdiri dari generator yang ditanam di bawah kulit dinding dada dan kabel sebagai pengantar listrik dari generator ke jantung yang membantu jantung pasien kembali berdenyut dengan normal.

Proses pemasangan alat pacu jantung ini dikerjakan di ruangan khusus, yaitu ruangan kateterisasi jantung dengan bantuan alat fluoroskopi untuk memastikan lokasi dan penempatan dari generator dan lead (kabel).

"Tindakan ini merupakan tindakan minimal invasif dan sebagian besar dikerjakan dengan bius lokal di daerah dinding dada sebelah kanan atau kiri," kata Yansen yang menjadi Proctor untuk pemasangan pacu jantung permanen di Indonesia.

Pria yang aktif sebagai Electrophysiologist dan Dokter Kardiologi Intervensi di rumah sakit rujukan dengan lebih dari 100 kasus ablasi dalam satu tahun menuturkan umumnya kelainan penyakit terjadi pada orang tua, namun ada juga kelainan bawaan yang diderita oleh pasien yang lebih muda, sehingga membutuhkan pemasangan alat pacu jantung ini.

Baca juga: Kondisi stabil syarat pasien sakit jantung dapatkan vaksinasi COVID-19

Baca juga: Ketahui faktor risiko penyakit jantung bawaan anak sejak dini


Dengan demikian, bila ada orang tua yang mengalami keluhan-keluhan serupa mungkin bisa diperiksakan denyut jantung yang pelan dengan meraba nadinya. "Bila nadinya di bawah 60 atau bahkan lebih rendah mungkin membutuhkan pemasangan alat pacu jantung," katanya.

Ia mengatakan jantung adalah organ sebesar kepalan tangan yang bertugas sebagai pompa. Selama 24 jam, jantung akan memompa darah ke seluruh organ di tubuh untuk memberikan oksigen dan makanan yang diperlukan oleh tubuh. Jantung adalah organ yang tidak pernah berhenti bekerja sejak usia janin empat minggu sampai seseorang menghembuskan nafas terakhir.

Jantung juga sebagai organ yang spesial, karena memiliki instalasi listrik sendiri. Ada sekelompok sel di serambi kanan yang berfungsi sebagai generator yang membuat jantung berdenyut 60-100 kali per menit dalam keadaan istirahat dan rata-rata denyut jantung per hari adalah 100.000 kali dalam 24 jam.

Impuls listrik dari generator ini akan dialirkan melalui jalur-jalur listrik, sehingga seluruh jantung nantinya akan berdenyut secara terkoordinasi untuk memompakan darah yang kaya oksigen ke organ-organ di seluruh tubuh.

Terkait penyakit jantung, ia mengatakan dapat terjadi salah satunya adalah ketika jantung berdenyut terlalu pelan dari batas normal. Cara menangani gangguan jantung pun beragam, mulai dari tindakan minimal invasif hingga operasi, salah satunya adalah pemasangan alat pacu jantung.

Pewarta: Achmad Irfan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021