Jambi (ANTARA News) - Persatuan Petani Jambi (PPJ) melaporkan kasus penembakan Ahmad Adam bin Syafri (45), ke Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM), karena diduga tewas terkena peluru aparat kepolisian pada Senin lalu (8/11) saat berunjukrasa.

"Kita telah meleporkan kejadian itu kepada Komnas HAM dengan diharapkan pengusutan kasus ini segera diproses," Ketua Persatuan Petani Jambi, (PPJ) Aidil Putra, Jumat, terkait penembakan yang terjadi saat warga memblokade jalur sungai masuknya kapal PT Wira Karya Sakti (WKS), di Kabupaten Tanjungjabung Barat.

Ahmad Adam yang merupakan warga Kelurahan Senyerang, Kecamatan Senyerang, Kabupaten Tanjungjabung Barat, tewas setelah peluru yang diduga dilepaskan anggota Brimob menembus kepalanya, di saat korban bersama massa lainnya melakukan blokade jalur Sungai Pengabuan sekitar pukul 13.30 WIB.

Aksi pemblokiran itu dilakukan warga dalam rangka memperjuangkan hak mereka, dengan tujuan meminta dikembalikan lahan seluas 7.224 Ha yang terjadi sejak 2001 telah dicaplok dan dikuasai PT WKS merupakan perusahaan dari Sinar Mas Group.

Sungai Pangabuan merupakan salah satu sarana jalur pengangkut kebutuhan perusahaan tersebut.

Sebelum aksi penembakan, warga memang sudah empat hari secara berturut-turut telah memblokir Sungai Pangabuan dengan memasang kawat seling memotong arus sungai itu serta menggunakan sedikitnya 40 unit pompong sebagai alat menghalau setiap kapal yang ingin melalui jalur ini.

Akibatnya, pihak perusahaan merasa dirugikan dan akhirnya tiga unit tugboad memaksakan diri menerobos blokir warga dan akhirnya terjadi keributan.

Tiga unit tugboad, meliputi Sindo Perkasa II, Marcopolo II dan Union Star 27 saat menarik tiga kapal, Sindo Ecean Marine, Marcopolo 90 dan Sejahtera yang mengangkut solar dari Tebingtinggi ke Kualatungkal, Ibukota Kabupaten Tanjungjabung Barat, saat kejadian mencoba menerobos blokade warga.

Warga langsung melempari kapal dengan benda keras, anak panah dan bom molotof kearah tugboad, akhirnya salah satu tongkang habis terbakar. Merasa terancam para aparat yang mengawal tugboat melepaskan beberapa kali tembakan peringatan tapi tak diindahkan, akhirnya melepas tembakan ke arah warga.

Sementara itu, juru bicara Polda Jambi, AKBP Almansyah, sebelunnya menyatakan, pihaknya kini telah menurunkan tim investigasi ke lokasi terjadinya bentrok.

"Kita telah menurunkan tim investigasi dari jajaran Direktur Reserse dan Kriminalitas beserta Propam Polisi daerah Jambi ke lokasi kejadian. Diharapkan, tim akan menemukan apa penyebab dan siapa yang salah dalam peristiwa itu," katanya lagi.

Menurut Almansyah, polisi akan tetap melaksanakan prosedur hukum berlaku, siapa dan dari pihak mana saja yang diketahui bersalah dalam kejadian itu akan kita tindak sesuai hukum berlaku.

Tim juga akan meneliti apakah peluru yang mengenai kepala korban hingga tewas, memang berasal dari aparat kepolisian atau bukan serta untuk melihat secara pasti apakah jenis peluru tajam atau peluru karet.

Sebelumnya, anggota Komnas HAM, Ridha Saleh saat berkunjung ke Jambi beberapa waktu lalu, sempat mengemukakan, pihaknya memang sudah punya rencana untuk segera mengajukan rekomendasi kepada Kapolri, agar jangan lagi memberi izin anggota satuan Brimob dijadikan sebagai pengamanan di perusahaan terutama perusahaan perkebunan.

Banyak sekali dijumpai fakta di lapangan, lebih lanjut dikatakan Ridha, keberadaan anggota Brimob terkesan hanya sebagai alat untuk mengintimidasi warga sekitar perusahaan bahkan memicu konflik baru antara perusahaan dengan warga masyarakat. (N009/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010