Jakarta (ANTARA) - Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menyarankan agar Bank Indonesia (BI) bisa mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.

"Di tengah situasi yang tidak pasti ini, kami melihat BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya di 3,5 persen dengan tetap menjaga nilai tukar dan stabilitas keuangan," kata Riefky dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu.

Walaupun mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di triwulan II- 2021 yakni sebesar 7,07 persen, Riefky memperkirakan performa ekonomi Indonesia kemungkinan akan melambat pada triwulan III-2021 seiring memburuknya angka kasus COVID-19 dan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Beberapa indikator ekonomi seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur pun berbalik menurun belakangan ini.

"Peningkatan disrupsi pada indikator-indikator perekonomian ini bersumber dari gelombang kedua COVID-19 yang menghambat produksi dan permintaan," ungkap Riefky.

Meski begitu, ia menilai pembatasan sosial yang telah diperpanjang beberapa kali oleh pemerintah mulai membuahkan hasil, terlihat dari jumlah kasus baru yang terkonfirmasi setiap hari (rata-rata pergerakan tujuh hari) mulai melambat sejak 19 Juli 2021.

Sementara dari kondisi eksternal, membaiknya perekonomian Amerika Serikat mengakibatkan investor memindahkan modalnya dari pasar negara berkembang, sehingga menyebabkan rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS.

Riefky menuturkan, rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,29 persen secara tahun kalender atau year to date (ytd) terhadap mata uang Negeri Paman Sam, namun kinerja mata uang Garuda masih melampaui ringgit Malaysia dan baht Thailand.

"Oleh karena itu, suku bunga kebijakan BI perlu dipertahankan guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," tutupnya.

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021