Jakarta (ANTARA) - Analis Kebijakan Ahli Madya, Pusat Asesmen dan Pembelajaran (Pusmenjar) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Susanti Sufyadi memberi apresiasi pada sistem penilaian (assessment) tenaga pendidik di Global Sevilla.

“Hal yang paling saya apresiasi dari Global Sevilla adalah bagaimana hasil asesmen ini digunakan untuk refleksi para pendidik,” kata Susanti Sufyadi dalam workshop Implementasi Skala Mikro Indeks Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dengan Global Sevilla yang diselenggarakan secara daring, Jumat.

Salah satu poin yang menuai pujian dari Susanti adalah, sekolah, yang dalam hal ini Global Sevilla, menggunakan hasil asesmen tenaga pengajar untuk merancang program pengembangan yang berkelanjutan.

Menurut dia, hal tersebut merupakan contoh terbaik yang penting untuk diteladani oleh sekolah-sekolah lain dalam rangka meningkatkan performa sekolah, tidak hanya tenaga pengajar, dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik.

“Ini yang kami harapkan dari setiap asesmen yang dilakukan,” tutur Susanti.

Ia juga mengapresiasi perancangan instrumen-instrumen sederhana yang digunakan secara efektif dalam melakukan penilaian terhadap tenaga pengajar. Bagi Susanti, Global Sevilla telah memberi teladan terkait bagaimana sistem penilaian disusun, dilangsungkan, dan diimplementasikan.

Baca juga: BPIP sebut sistem pengukuran penting untuk "nation building"

“Tujuan (asesmen) bukan hanya untuk menilai, tetapi juga untuk memberi refleksi dan menunjang perkembangan berkelanjutan,” kata dia.

Berdasarkan paparan materi yang diberikan oleh Andika Rajasa selaku perwakilan dari Global Sevilla, sebelum melakukan asesmen, Global Sevilla mendefinisikan nilai-nilai yang menjadi indikator melalui empat proses.

Proses pertama, Global Sevilla berangkat dari Founder Value atau nilai-nilai dasar dari berdirinya Global Sevilla, yakni giving, compassion, dan self-control.

Ketiga nilai tersebut kemudian diturunkan melalui mentalitas dasar, lalu diturunkan lagi menjadi enam perilaku kunci (key behavior), dan yang terakhir adalah diturunkan menjadi perilaku dalam kebiasaan sehari-hari (daily behavior).

Daily behavior ini yang bisa kami lihat, amati, dan ukur,” kata Andika Rajasa.

Baca juga: Pakar : Pendidikan harus bisa melihat kelebihan manusia

Bagi Andika, nilai-nilai tersebut penting untuk diimplementasikan oleh seorang guru dalam berperilaku, baik ketika mengajar, berinteraksi dengan sesama guru, maupun ketika berinteraksi dengan orang tua siswa. Hal tersebut dikarenakan guru memiliki tanggung jawab sebagai penanam nilai-nilai karakter, bukan hanya sebagai pemberi materi berdasarkan bahan ajar masing-masing.

Adapun proses penilaian yang dilakukan juga melewati empat tahap, yakni penentuan Daftar Penilai dan Dinilai (DPD), kemudian verifikasi DPD, penentuan media, dan yang terakhir adalah pelaksanaan dan proses penilaian.

“Proses value assessment ini kami integrasikan dengan pengembangan organisasi,” kata Andika.

Ia meyakini, kombinasi performa seorang guru sebagai tenaga pengajar juga sebagai pendidik karakter dapat menciptakan guru yang tidak hanya berfokus pada menjelaskan materi, tetapi juga melakukan pendekatan dengan nilai-nilai yang berlaku di Global Sevilla.

“Ini menjadi salah satu poin penting dalam sekolah kami,” tuturnya.

Baca juga: SMA Labschool lakukan penguatan pendidikan karakter melalui kolaborasi

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021