Setiap bulan produk unggulan mulai dari makanan ringan hingga batik khas Cianjuran, terus bertambah jumlahnya dan mendapat minat yang cukup tinggi selama pandemi dari pembeli yang datang langsung atau memesan secara online.
Cianjur (ANTARA) - Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di sebagian besar wilayah di Indonesia ternyata tidak terlalu terdampak saat pandemi melanda. Bahkan pelaku usaha baru justru bermunculan di tengah pandemi yang menguncang perekonomian dunia.

Seperti jamur yang tumbuh di musim hujan, pelaku usaha baru dengan berbagai produk unggulan dan banyak diburu bermunculan termasuk di Cianjur, Jawa Barat, mulai dari produk olahan hingga tanaman hias dipasarkan melalui media sosial.

Omset per hari yang mereka dapatkan lebih besar dari penghasilan sebagai karyawan di perusahaan swasta atau buruh pabrik. Pandemi tidak lagi menjadi sosok menakutkan setelah berlangsung hampir dua tahun, bagi warga yang berinovasi mencetak uang dari rumah.

Tidak hanya berdampak baik untuk perorangan, berbagai obyek wisata baru bermunculan di tingkat desa hasil pemikiran berbagai kalangan, untuk tetap menjalankan perekonomian dari sektor wisata murah meriah, sehingga dapat dinikmati warga sekitar atau luar.

Kelompok penggerak pariwisata (Kompepar) di sejumlah kecamatan pun, selama pandemi banyak bermunculan untuk mengelola tempat wisata bernuansa air terjun yang terletak di tanah Perhutani yang tersebar mulai dari utara hingga selatan Cianjur.

Termasuk pengembangan desa wisata yang baru dirintis beberapa waktu lalu, selama pandemi terus berkembang, sehingga menjadi contoh bagi desa lainnya yang potensial menjadi desa wisata yang ditargetkan pemerintah daerah sebagai sektor pemulihan ekonomi setelah pandemi.

Dampak luas dari pengembangan desa wisata, obyek wisata baru, membuat sektor usaha kecil di pelosok terus berkembang dan berinovasi, sehingga pemerintah daerah mendukung kegiatan tersebut, dengan berbagai program mulai dari bantuan modal hingga pelatihan dan pembinaan melalui dinas terkait.

Bupati Cianjur Herman Suherman, berencana menggelar berbagai program seperti mengenalkan dan mempromosikan produk unggulan dan tempat wisata sertra desa wisata yang ada di Cianjur, hingga tingkat nasional.

Sehingga produk unggulan asal Cianjur, dapat merambah dan bersaing di pasar internasional, termasuk di dalamnya destinasi wisata yang dapat memanjakan wisatawan saat berkunjung, tidak hanya menikmati produk namun nuasa alam yang menjanjikan untuk berlama-lama di Cianjur.

"Kita berharap setelah pandemi usai, sektor usaha dan pariwisata menjadi sektor yang dapat memulihkan perekonomian dengan cepat, sehingga saat ini, berbagai destinasi wisata termasuk desa wisata, terus ditata dan mendapat pendampingan dari dinas," katanya.

Bahkan untuk promosi besar-besaran setelah pandemi usai, sejumlah jalan protokol akan dijadikan panggung bagi pelaku UMKM mengenalkan produk unggulannya, sehingga perekonomian dapat kembali pulih dan keluhan pengusaha minimnya pasar akan terbuka lebar.

Berbagai produk unggulan yang dihasilkan pelaku UMKM di Cianjur, setelah satu tahun pandemi berjalan, tidak hanya dijajakan secara online, namun secara langsung produk tersebut, mulai mengisi rak yang tersedia di toko modern dan gerai yang disediakan pengelola hotel di Cianjur.

Imbauan untuk membeli produk lokal dari pelaku UMKM digemborkan pemerintah daerah, yang disambut baik pemilik tempat yang selama ini, menampung hasil produksi pelaku UMKM, seperti Mochi Momi di Perumahan Pesona Cianjur Indah.

Setiap bulan produk unggulan mulai dari makanan ringan hingga batik khas Cianjuran, ungkap Nurmayani pemilik gerai Mochi Momi, terus bertambah jumlahnya dan mendapat minat yang cukup tinggi selama pandemi dari pembeli yang datang langsung atau memesan secara online.

Selama pandemi, pelaku usaha yang bergabung dengan gerainya dalam memasarkan produk terus bertambah, sehingga berbagai pembinaan mulai dari kualitas, kuantitas hingga pengemasan diberikan pihaknya berkordinasi dengan dinas terkait di Pemkab Cianjur.

"Selama pandemi, berbagai macam produk terus bertambah dan banyak dicari pembeli, baik yang datang langsung dari dalam dan luar kota, hingga pemesanan secara online. Ini sudah berlangsung sejak pertengahan pandemi, dimana produk yang kami tampung saat ini, sebanyak 400 produk," katanya.

Momi panggilan akrab Nurmayani, menyebutkan meski sempat mengalami penurunan penjualan selama pemberlakuan awal PPKM dan awal pandemi, namun tidak membuat pelaku UMKM menyerah dan terus menghasilkan produk.

Penghasilan sempat menurun tajam hingga 90 persen saat awal PPKM diberlakukan. Namun kembali meningkat setelah berbagai upaya pemasaran dilakukan, termasuk melayani penjualan online untuk berbagai produk UMKM yang di produksi pelaku usaha di berbagai wilayah di Cianjur.

"Di luar produk unggulan Mochi dengan berbagai varian rasa yang kami tawarkan, banyak produk unggulan dari pelaku UMKM di Cianjur yang menjadi favorit pembeli, termasuk Batik Cianjuran hingga lampu hias Genturan," katanya.

Sentra Oleh-Oleh Khas Cianjur

Pandemi yang membuat berbagai sektor usaha terdampak, bahkan hingga gulung tikar, namun tidak untuk pelaku UMKM meski saat awal, mereka sama merasakan sulitnya memasarkan produk karena pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah hingga PPKM.

Gerai Mochi Momi yang merupakan tempat berkumpulnya pelaku UMKM se Cianjur, menjadi tempat pemasaran ratusan produk unggulan yang dihasilkan pelaku usaha mulai dari utara hingga selatan Cianjur.

Gerai yang dirintis Nurmayani atau lebih akrab disapa Momi Yani, berdiri di tengah perumahan yang tidak jauh dari pusat kota Cianjur, tepatnya di Perumahan Pesona Cianjur Indah, dimana gerai tersebut, banyak dikunjungi wisatawan lokal, luar hingga wisatawan asing dari asia hingga eropa.

Rumah tinggal yang disulap menjadi gerai tersebut, menampung sebagian besar produk unggulan mulai dari mochi, makanan ringan, makan tradisional, batik Cianjuran hingga lampu gentur yang sudah merambah pasar timur tengah dan eropa.

Bahkan keberadaan gerai tersebut, mendapat perhatian dari kalangan pemerintahan mulai dari daerah, provinsi dan pusat, sehingga menjadi rekomendasi bagi wisatawan yang berkunjung ke Cianjur, untuk mencari oleh-oleh di gerai Mochi Momi.

Keberadaan gerai tersebut, ungkap beberapa orang pelaku UMKM di Cianjur, selama pandemi sangat membantu mereka dalam memasarkan produk yang mereka hasilkan, dengan sistem kerja sama dan titip jual, sehingga keluhan sebelum dan selama pandemi sulitnya menjual produk dapat teratasi.

"Kami sempat kelabakan saat pandemi terjadi, di mana berbagai pembatasan sosial membuat kami kesulitan untuk memasarkan produk. Penghasilan menurun, kami terpaksa merumahkan karyawan yang membantu selama ini," kata perajin Batik Cianjuran, Endang Muhamad Nawawi.
Perajin Batik Nidong Batik dan Batik Cipandawa khas Cianjuran di Kecamatan Cibeber, Cianjur, Jawa Barat, tengah menyelesaikan pembuatan batik tulis yang dipasarkan melalui gerai UMKM di wilayah Cianjur. ANTARA POTO. (Ahmad Fikri)
Namun gerai Mochi Momi menyediakan tempat untuk perajin memajang hasil produknya yang juga di pasarkan melalui media online selain ditawarkan langsung ke berbagai kalangan mulai dari pemerintahan hingga swasta.

Minat pembeli untuk mendapatkan oleh-oleh khas Cianjur, sebagai buah tangan seperti Batik Cianjuran, dapat meningkatkan produksi yang sempat melemah selama pandemi, karena pemilik gerai mengarahkan pembeli untuk datang melihat langsung proses pembuatan batik atau hasil kerajinan lainnya.

"Kami banyak mendapat kunjungan, setelah bergabung dengan geraoi Mochi Momi yang selam ini kami anggap sebagai ibu angkat pelaku UMKM di Cianjur. Banyak tamu dari lokal, luar kota hingga mancanegara yang datang langsung ke tempat produksi lampu gentur ini," kata perajin lampu gentur di Kecamatan Warungkondang, Ismiyanti.

Program 10.000 UMKM

Pemkab Cianjur, Jawa Barat, melakukan pendataan dan pelatihan terhadap pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di tingkat desa yang menjadi sentra produksi unggulan sebagai upaya mengembalikan roda perekonomian selama pademi COVID-19 melalui program 10.000 UMKM.

Setelah pandemi usai dan pemulihan ekonomi dilakukan, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Cianjur, segera melakukan pelatihan hingga promosi produk unggulan, sebagai upaya percepatan peningkatan perekonomian di Cianjur, termasuk menjalin kerja sama dengan penyedia jasa pariwisata.

Program promosi produk unggulan UMKM yang sudah terdata tersebut, nantinya akan dipromosikan hingga tingkat nasional sebagai upaya menciptakan puluhan ribu UMKM serta produk unggulan yang akan mengisi berbagai pasar ritel di tingkat lokal hingga nasional.

"Untuk saat ini, berbagai sektor sudah siap untuk menjalin kerja sama mulai dari hotel hingga pasar moderen, mereka juga akan membantu mempromosikan hingga memasarkan berbagai produk unggulan asli Cianjur, seperti gula semut, gula merah dan kopi," kata Kepala Diskoperidagin Cianjur, Tohari Sastra.

Bupati Cianjur, Herman Suherman menilai dampak pandemi membuat roda perekonomian di wilayah tersebut terpuruk, sehingga menyebakan angka kemiskinan meningkat dari 0.74 menjadi 1.38, dimana Cianjur masuk dalam posisi kedua tertinggi indeks kemiskinan yang terjadi selama pandemi di Jawa Barat.

Masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan kondisi ekonomi yang sulit menjadi faktor utama, ditambah pandemi COVID-19 berdampak besar pada peningkatan ekonomi, sehingga indeks kemiskinan naik. Tidak hanya Cianjur, ungkap dia, hal yang sama melanda seluruh wilayah di Indonesia.

Perekonomian semakin terpuruk dengan banyaknya masyarakat yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga pendapatan menjadi berkurang termasuk daya beli yang terus menurun. Hal tersebut diperparah dengan IPM Cianjur yang berada di peringkat terakhir di Jabar dengan angka 65,38 persen.

Ini menjadi salah satu faktor yang membuat indeks kemiskinan naik karena IPM rendah, sehingga setelah usai pandemi, pemerintah daerah akan menggenjot kembali IPM agar roda perekonomian kembali pulih dan meningkat melalui berbagai program.

Setelah pandemi usai, akan menggencarkan berbagai program yang menyentuh langsung masyarakat seperti pengembangan usaha mikro kecil menengah, pengembangan obyek wisata baru, hingga mengadakan berbagai kegiatan ekonomi yang dapat mengundang investasi berskala nasional.

Pihaknya saat ini, masih fokus terhadap kesehatan masyarakat yang lebih utama, untuk mengembalikan perekonomian agar lebih meningkat, berbagai program telah disiapkan termasuk melibatkan masyarakat di dalamnya dengan menciptakan 10.000 UMKM unggulan.
 

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021