Kantor Wakil Presiden diberitahu adanya laporan tentang kemungkinan insiden kesehatan anomali di Hanoi, Vietnam
Hanoi (ANTARA) - Kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris ke Vietnam tertunda pada Selasa, menyusul adanya insiden kesehatan yang tak lazim di Hanoi, kata Kedutaan Besar AS dalam sebuah pernyataan.

Harris yang berada di Singapura untuk kunjungan tiga hari dijadwalkan terbang ke Hanoi pada Selasa malam.

Namun penerbangannya tertunda selama tiga jam akibat "insiden kesehatan anomali".

Istilah "insiden kesehatan anomali" sering digunakan pemerintah AS untuk menjelaskan Sindrom Havana, gangguan kesehatan dengan gejala seperti pusing, mual, migrain, dan kehilangan ingatan.

Baca juga: AS ajukan diri jadi tuan rumah APEC 2023

Dinamakan Sindrom Havana karena dilaporkan pertama kali oleh para pejabat Kedutaan Besar AS di ibu kota Kuba pada 2016.

"Kantor Wakil Presiden diberitahu adanya laporan tentang kemungkinan insiden kesehatan anomali di Hanoi, Vietnam," kata pernyataan Kedubes AS itu.

"Setelah pemeriksaan cermat, diputuskan untuk melanjutkan perjalanan Wakil Presiden," kata pernyataan itu tanpa menjelaskan lebih jauh.

Juru bicara Harris menolak berkomentar tentang alasan penundaan.

Baca juga: Harris: China lakukan intimidasi dukung klaim di Laut China Selatan


Sekira 100 petugas CIA dan keluarganya termasuk dari sekitar 200 pejabat AS dan kerabat mereka yang terjangkit "sindrom Havana", kata Direktur CIA William Burns.

Sebuah panel di Akademi Sains Nasional AS pada Desember menemukan sebuah teori yang masuk akal bahwa sindrom tersebut disebabkan oleh sorotan "energi terarah", kata dia.

Ada "kemungkinan sangat kuat" bahwa sindrom tersebut dibuat secara sengaja dan Rusia mungkin bertanggung jawab, kata Burns.

Dia menambahkan dirinya belum bisa menyimpulkan secara pasti sebelum investigasi lanjutan dilakukan.

Moskow membantah terlibat dalam insiden di Havana itu.

Sumber: Reuters


Baca juga: Bendera Afghanistan tetap dimunculkan di upacara pembukaan

Baca juga: Meksiko berjuang lawan lonjakan COVID, kematian lewati 250.000

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021