Jakarta (ANTARA) - Pengamat telekomunikasi Doni Ismanto Darwin menilai rencana penggabungan usaha atau merger PT Indosat Ooredoo (ISAT) atas Hutchison 3 Indonesia (Tri) akan memperkuat posisi keduanya di industri seluler di Tanah Air

"Ini momentum yang tepat bagi Indosat untuk melakukan ekspansi. Penggabungan menjadi salah satu pilihan yang strategis karena bakal menguntungkan kedua belah pihak dalam menyikapi persaingan dan tantangan saat ini di industri telekomunikasi. Baik bagi industri, baik juga bagi kedua perusahaan," ujar Doni saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Menurut Doni, merger tersebut justru menjadi angin segar bagi industri telekomunikasi karena akan menciptakan struktur pasar yang lebih berkelanjutan, industri yang lebih kompetitif, mendorong investasi dan perluasan jaringan, dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik.

Baca juga: Masa negosiasi merger Indosat dan Tri diperpanjang hingga Juni 2021

Indosat sendiri sebelumnya telah memutuskan untuk melepaskan 4.200 menara telekomunikasi kepada PT Epid Menara AssetCo (Edge Point Indonesia) dan meraup pendapatan Rp6,17 triliun yang mendongkrak laporan keuangan perseroan tersebut menjadi positif dan mencatatkan laba perusahaan yang signifikan.

Langkah tersebut, selain berdampak pada efisiensi yang sangat dibutuhkan perseroan, tetapi juga memberikan fleksibilitas keuangan lebih lanjut untuk mendanai belanja modal demi transformasi dalam memperkuat posisi perseroan sebagai pemain telekomunikasi terbesar kedua di Tanah Air.

Dengan momentum tersebut, lanjut Doni, rencana penggabungan usaha atau kombinasi bisnis antara Indosat Ooredoo dan Tri pun diperkirakan tidak akan mundur.

Sebelumnya, dalam laporan keuangan semester I, Indosat Ooredoo mencatat laba Rp5,59 trilun, jauh berbeda dari tahun sebelumnya yang merugi sekitar Rp341,1 miliar (yoy). Laba perseroan tersebut ditopang oleh penjualan menara Rp6,17 triliun dan pendapatan yang tumbuh 11,4 persen (yoy) menjadi Rp14,98 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Baca juga: Merger Indosat-Tri diperkirakan mengubah lanskap persaingan Indonesia

Analis RHB Sekuritas Indonesia Michael W. Setjoadi mengatakan, kinerja fundamental Indosat Ooredoo terus bertumbuh seiring dengan langkah efisiensi dan pertumbuhan jumlah pelanggan. Dengan total basis pelanggan 60,3 juta saat ini, Indosat bakal dapat terus mempertahankan kinerja positif dengan margin EBITDA di bawah 40 persen serta biaya operasional (capex) sekitar Rp3 triliun.

"Dengan diskusi merger yang sedang berlangsung ini, Indosat Ooredoo benar-benar berada di jalur yang tepat dengan strategi tepat untuk memperkuat posisinya dan menangkap peluang untuk memimpin transformasi digital di Indonesia," ujar Michael.

Sejauh ini, pemerintah dan sejumlah pemangku kepentingan terlihat menyambut baik rencana penggabungan perusahaan telekomunikasi seperti rencana Indosat Ooredoo dan Tri. Dalam kajian Kementerian Informasi dan Telekomunikasi, idealnya Indonesia membutuhkan sekurang-kurangnya hanya dua sampai empat perusahaan telekomunikasi. Pemerintah juga mendorong agar perusahaan telekomunikasi di Tanah Air mengkaji kemungkinan melakukan penggabungan usaha.

"Industri operator di Indonesia memang terlalu crowded, lima pemain untuk 250 juta pelanggan. Idealnya 3 pemain," kata Michael.

Selain itu, peraturan menteri tentang omnibus law Indonesia yang baru juga memungkinkan pembagian spektrum teknologi baru, seperti 5G, dan retensi spektrum setelah penggabungan. Michael menambahkan, iklim yang mendukung tersebut menjadi sinyal yang baik bagi kedua perusahaan untuk memanfaatkan kekuatan dari merger kedua perusahaan itu untuk terus bertumbuh dan berkembang

"Transformasi digital akan berpotensi sangat besar untuk operator telekomunikasi yang menjadi media infrastruktur untuk semua digital," ujar Michael.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021