Ini harus berkesinambungan
Jakarta (ANTARA) - Pengamat Hubungan Internasional Ian Montratama mendukung program pemerintah melakukan pertukaran kadet atau siswa militer dengan Australia karena dinilai akan berdampak positif pada pembinaan personel.

"Ini harus berkesinambungan," kata Ian Montratama kepada wartawan di Jakarta, Jumat.

Ian mengatakan Pemerintah Indonesia pernah melakukan program pertukaran Akademi Militer (Akmil) ke Inggris, namun akhirnya mandek.

"Saat Pak Prabowo Subianto masih aktif di militer, program pertukaran siswa militer juga dilakukan ke Amerika Serikat dan Jepang," ucap Ian.

Melalui program tersebut diyakini para kadet akan banyak memperoleh pengetahuan di luar negeri. Apalagi, Akmil di negara maju selalu dikembangkan sesuai dinamika peran militernya dalam keamanan regional maupun global.

"Penting bagi taruna kita untuk mengalami proses pembelajaran di Akmil negara maju," ujar Akademisi Universitas Pertamina tersebut.

Baca juga: Indonesia, Iran bicarakan pertukaran kadet untuk tingkatkan kerja sama

Bagi para perwira yang penting adalah penyetaraan pendidikan luar negeri dengan pendidikan dalam negeri, sehingga mereka tidak khawatir bila dijadikan prasyarat promosi karir jika ikut pendidikan luar negeri.

Oleh sebab itu, Ian mendorong program pertukaran taruna juga dimasukkan ke dalam kurikulum akademi sehingga menjadi kebijakan tahunan.

"Ada bobot satuan kredit semesternya dan sasaran hasil yang dapat diukur prestasinya," ucapnya.

Di satu sisi, ia berpendapat kerja sama Indonesia dan Australia tidak lepas dari kedekatan "Negeri Kanguru" dengan Amerika Serikat. Sehingga kebijakannya selaras dengan langkah pertahanan Amerika Serikat di Tanah Air.

Hal tersebut tidak akan menggoyahkan sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Alasannya, Indonesia beberapa kali sempat menjalin kerja sama dengan China ataupun Rusia. "Seperti Latma Pasukan Khusus Sharp Knife," kata dia.

Terakhir, tawaran Australia perlu direspons baik mengingat kedua negara tidak memiliki sengketa perbatasan. Hal itu juga diperkuat dengan perjanjian Traktat Lombok 2006 yang intinya kedua negara sepakat untuk tidak berperang satu sama lain.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021