Jakarta (ANTARA) - Pengamat Intelijen dan Terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib mengingatkan aparat keamanan agar semakin memperkuat penjagaan dan lebih meningkatkan kewaspadaan setelah penangkapan tokoh senior Jamaah Islamiyah (JI) Thoriqudin alias Abu Rusydan.

Ia mengatakan jika memang benar polisi menangkap T alias AR di Bekasi beberapa waktu lalu berarti hal tersebut penangkapan yang sangat serius karena Abu Rusydan terkenal di kelompoknya.

"Tokoh senior ini banyak murid onlinenya yang dalam istilah kontraterorisme disebut 'lone wolf'," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Baca juga: Polri: Total 4 tersangka teroris JI ditangkap

Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap Thoriqudin alias Abu Rusydan di Bekasi beberapa lalu. Abu Rusydan adalah tokoh senior JI yang selama ini berkeliling Indonesia menjadi penceramah dan motivator agama.

"Kelompok Neo JI walaupun tidak pernah menyerang sejak 2009 tapi masih punya orang-orang militan yang punya keahlian berbahaya," ujar Ridlwan.

Selain itu, Polri perlu memblokir situs dan portal yang masih memuat ceramah-ceramah Abu Rusydan. Penangkapan Abu Rusydan membuktikan bahwa deradikalisasi belum bisa mengubah orang.

Baca juga: Ketua RT jelaskan kronologis penangkapan terduga teroris di Jakbar

Abu Rusydan adalah alumni Pelatihan Militer Mujahidin Afghanistan angkatan kedua tahun 1990. Ia diketahui berlatih di Camp Sadda Pakistan dan sempat berinteraksi langsung dengan Osama Bin Laden.

Setelah peristiwa Bom Bali pertama tahun 2002, Abu Rusydan ditangkap polisi dengan dakwaan menyembunyikan tersangka Mukhlas. Setelah bebas, Abu Rusydan berdakwah keliling Indonesia dan terkenal di YouTube, kata dia.

Hingga saat ini jika mencari kata kunci Abu Rusydan di YouTube ada banyak sekali dokumentasi ceramahnya. Salah satu yang cukup viral adalah ceramah Abu Rusydan soal Pancasila bukan Islam.

Baca juga: Warga geger Densus 88 tangkap dua terduga teroris di Bekasi

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021