Surabaya (ANTARA) - Minggu siang (12/9) pertigaan Jalan Raya Dadaprejo, Kabupaten Malang, Jatim terlihat tidak biasa.

Akses menuju ke beberapa tempat wisata di Kota Batu itu mulai sedikit ramai dibanding dua pekan sebelumnya yang tampak lengang bahkan tergolong sepi, lantaran sejumlah akses ditutup karena kebijakan PPKM.

Satu, dua bus tampak terlihat di jalan yang selalu menjadi prioritas penjagaan Satlantas dan Dinas Perhubungan Kota Batu tersebut. Tidak hanya itu, jika ditarik mundur ke akses Kota Malang, tepatnya di Jalan Dinoyo, kepadatan mulai terlihat, tepatnya di lampu merah pertigaan menuju Kawasan Sumbersari dan Jalan Soekarno Hatta.

"Kawasan Kota Batu dan Malang mulai ramai, jadi sudah seperti hari biasa," tutur Adik Dwi Putranto, pengusaha asal Kota Batu yang sering melakukan aktivitas perjalanan dari Surabaya ke Kota Malang.

Tidak hanya Adik, warga lainnya, Setiawan juga merasakan hal yang sama. Beberapa sudut jalan Kota Malang menujj Kota Batu, terlihat macet terutama pada hari libur, Jumat hingga Minggu.

Kepadatan di beberapa ruas jalan ini bisa menjadi tanda bahwa geliat ekonomi dan wisata di wilayah Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu) mulai muncul.

Hal itu wajar, karena sudah cukup lama masyarakat "berpuasa" beraktivitas, sehingga ketika laju kasus COVID-19 melandai, masyarakat mulai beraktivitas, serta sebagian menyerbu tempat wisata.

Sinyal Wisata
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengakui, dalam sepekan terakhir beberapa tempat wisata telah menyatakan siap membuka aktivitas kembali.

Mantan Menteri Sosial itu dalam acara virtual Rapimprov Kadin Jatim di Graha Kadin Jatim, Surabaya, mengatakan kesiapan pengelola wisata untuk beraktivitas karena adanya sinyal bahwa Kementerian Kesehatan, yang menyatakan wilayah Jatim bebas dari PPKM Level 4 dan zona merah.

"Sangat mungkin akan ada uji coba di beberapa sektor pariwisata. Saat ini, beberapa sektor sudah mulai mengajukan aplikasi PeduliLindungi. Artinya, bahwa mal sudah mengajukan, wisata yang lain juga," kata Khofifah.

Tingginya antusiasme pengelola tempat wisata untuk kembali beraktivitas diakui Wakil Ketua Umum Bidang Pariwisata Kamar dagang dan industri (Kadin) Jatim, Dwi Cahyono, yang menyebutkan karena sektor wisata merupakan andalan untuk mendongkrak ekonomi yang sempat lumpuh.

"Kita ketahui, bahwa pada tahun 2018 sampai 2019 pemerintah pusat menetapkan pariwisata menjadi leading sektor dalam perekonomian Indonesia. Namun sungguh tidak ada yang mengira, ternyata sangat terpuruk di masa pandemi ini," kata, Dwi.

Dwi yang juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim itu mengaku sangat wajar apabila saat ini terlihat euforia sebagian pengelola wisata untuk membuka kembali usahanya, karena sebelumnya sangat terpukul berat akibat pandemi.

"Kalau tidak ada pergerakan, tidak ada wisata, tidak ada bisnis. Kita lihat Bali, betul-betul mati sebelumnya. Sekarang ini, pariwisata adalah dasar penggerak, namun saat pandemi pergerakannya dilarang. Tidak hanya hotel dan restoran yang mati, tetapi toko souvenir dan semuanya terdampak, terhenti karena pergerakan dibatasi," katanya.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kota Batu, ada dua tempat wisata yang melakukan uji coba operasional, yakni Jatim Park 2 atau Batu Secret Zoo serta Taman Rekreasi Selecta.

Dipilihnya dua tempat itu adalah hasil penunjukan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), serta Kementerian Kesehatan.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Arief As Siddiq mengatakan, awalnya usulan yang disampaikan mencakup 30 tempat wisata, namun hanya dua yang akan diberikan izin untuk uji coba operasional.

Uji coba pembukaan tempat tujuan wisata tersebut merupakan program dari pemerintah pusat untuk 20 destinasi wisata di Jawa-Bali.

"Itu merupakan program uji coba dari Kemenparekraf dan Kemenkes. Uji coba dilakukan pada 20 tempat wisata yang ada di Jawa-Bali," ujarnya.

Jatim Park 2 serta Taman Rekreasi Selecta dinilai memenuhi sejumlah persyaratan yang telah disiapkan Kemenparekraf dan Kemenkes.

Persyaratan itu adalah protokol Cleanliness, Health, Safety, and Environtment Sustainability (CHSE), seluruh karyawan telah mendapatkan vaksinasi COVID-19, memiliki sarana dan prasarana penerapan protokol kesehatan, dan menggunakan aplikasi PeduliLindungi.

Ancaman

Sosiolog dari Universitas Udayana Wahyu Budi Nugroho mengatakan, akan terjadi fenomena revenge travel atau peningkatan wisatawan pascapembukaan mal dan beberapa tempat wisata, saat kasus COVID-19 mulai melandai.

Untuk itu, masyarakat diminta tetap waspada, karena fenomena itu akan mengancam terjadinya gelombang ketiga COVID-19.

Ketika berada di tempat publik rentan terjadi kerumunan, sehingga tetap harus waspada terhadap munculnya gelombang ketiga COVID, apalagi adanya varian baru MU yang pertama kali muncul di Kolombia.

"Ketika dikaitkan fenomena revenge travel, negara-negara yang awalnya mempopulerkan istilah revenge travel adalah mereka yang sudah memvaksin lebih dari 50 persen penduduknya," katanya.

Bagaimana dengan Indonesia? Inilah yang sebenarnya jadi perhatian banyak pihak.

Untuk itu, semua pihak terutama pemerintah dan pelaku pariwisata harus sigap dan siap menghadapi situasi yang makin dinamis.

Ia menilai masih diperlukan pembatasan kunjungan wisatawan dan sosialisasi untuk terus menerapkan protokol kesehatan dalam berwisata harus terus digaungkan.

Masyarakat sudah cukup lama menahan diri untuk tidak keluar rumah dan berwisata, sehingga kabar melandainya dan cenderung turun angka penularan COVID-19 menjadi angin segar bagi kita semua, layaknya tetesan air di panasnya gurun Sahara, seperti itulah kabarnya.

Tentu, semua berharap agar gelombang tiga COVID-19 tidak terjadi dan jangan sampai terjadi kapan pun.

Untuk itulah, dibutuhkan kesabaran semua pihak agar pandemi lekas menjadi endemi dan semua bisa tersenyum kembali. Salam Sehat.

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021