Yogyakarta (ANTARA News) - Pemimpin di Indonesia perlu mendalami kearifan lokal, sehingga kepemimpinannya memiliki karakter, kata budayawan Sudjiwo Tedjo.

"Ketika kearifan itu diajarkan dan diolah, maka akan menghasilkan seorang pemimpin yang berkarakter dan pada akhirnya memiliki kepemimpinan dengan hati nurani," katanya di Yogyakarta, Kamis.

Dengan demikian, menurut dia pada refleksi akhir tahun "Pemimpin Tanpa Nurani di Tengah Rentetan Kekalahan Rakyat", mampu memimpin rakyatnya berdasarkan hati nurani, bukan pada gelar semata.

"Hal itu penting karena permasalahan bangsa ini tidak hanya bisa diselesaikan dengan gelar keilmuan, tetapi juga dengan nurani yang bersih," katanya.

Ia mengatakan, memimpin itu harus dengan hati nurani, bukan hanya mengandalkan kecerdasan. Pemimpin juga harus mampu melihat permasalahan dari berbagai sudut, kemudian memutuskan dengan hati nurani.

"Namun, melihat potret negara ini, saya tidak yakin bangsa ini bisa melahirkan pemimpin yang bernurani jika paradigma korupsi saat ini dipandang jauh lebih mulia daripada teroris," katanya.

Padahal, menurut dia, seharusnya korupsi itu lebih buruk dari teroris karena membunuh bangsa ini secara pelan-pelan.

Ia mengatakan, seorang pemimpin harus seperti tanah, yang tetap bisa memberikan pertumbuhan meskipun diinjak-injak. Seorang pemimpin juga seperti matahari yang memberikan energi.

Seorang pemimpin juga seperti bulan yang menerangi dalam gelap dan layaknya samudera yang tidak pernah jenuh menerima kritik. Pemimpin itu juga harus seperti api yang selalu bekerja tuntas.

Seorang pemimpin juga harus seperti air yang memiliki sifat setara, yakni ketika berkumpul dengan orang yang lebih rendah tidak terlihat tinggi dan ketika bersama orang yang lebih tinggi tidak minder.

"Seorang pemimpin juga harus memiliki nurani yang ketika punya pendapat tidak ragu-ragu, tangguh seperti gunung, dan menjadi pengarah seperti bintang," katanya.(*)

(L.B015*H010/H008/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010