Diduga ada perpecahan di internal MIT.
Jakarta (ANTARA) - Komando Operasi Gabungan Khusus (Koopsgabsus) Tricakti TNI memburu empat dari total 11 teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso yang saat ini masih masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).

"Saat ini tinggal empat DPO teroris yang tersisa," kata Panglima Koopsgabsus Tricakti TNI Mayjen TNI Richard T.H. Tampubolon sebagaimana dikutip dari siaran resmi Koopsgabsus Tricakti TNI yang diterima di Jakarta, Selasa.

Empat teroris yang masih dikejar oleh Koopsgabsus TNI dan Satuan Tugas (Satgas) Mandago Raya TNI Polri, yaitu Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Mukhlas, Suhardin alias Hasan Pranata, dan Ahmad Panjang alias Ahmad Gazali.

"Askar dan Nae (anggota MIT) yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat, sementara Suhardin dan Ahmad Panjang berasal dari Poso, Sulawesi Tengah," kata Tim Analis Koopsgabsus Tricakti TNI Kolonel Inf. Henri Mahyudi saat dihubungi dari Jakarta, Selasa.

Koopsgabsus Tricakti TNI telah memburu 11 teroris anggota MIT sejak Januari 2021 di Poso, Parimo, dan Sigi. Tiga daerah itu seluruhnya berada di Sulawesi Tengah.

Operasi pengejaran teroris itu aktif setelah MIT menyerang dan membunuh empat warga sipil di Desa Lemban Tongoa, Sigi, Sulawesi Tengah, pada tanggal 27 November 2020.

Dalam waktu sekitar 9 bulan sejak resmi beroperasi, Koopsgabsus Tricakti TNI bersama Satgas Mandago Raya berhasil menundukkan tujuh teroris MIT.

Dua dari tujuh teroris yang ditundukkan oleh TNI dan Polri itu merupakan tokoh-tokoh sentral MIT, yaitu Qatar dan Ali Kalora.

Tim Chandraca 5 Koopsgabsus Tricakti TNI dan Satgas Mandago Raya pertama kali memetakan tempat persembunyian Kelompok Ali Kalora pada tanggal 2 Februari 2021.

Namun, kelompok itu berhasil melarikan diri sesaat sebelum tim gabungan TNI dan Polri tiba di lokasi.

Walaupun demikian, aparat menyita berbagai perlengkapan milik Ali Kalora di tempat itu.

Sekitar sebulan kemudian, Tim Chandraca 2 terlibat adu tembak dengan Kelompok Ali Kalora dan tiga teroris lainnya di Pegunungan Watumato, Desa Tambarana, Poso, pada tanggal 1 Maret 2021. Kelompok Ali Kalora sempat melempar bom rakitan dan bom lontong ke arah prajurit TNI.

Dalam baku tembak itu, dua teroris MIT, yaitu Irul alias Khairul dan Alvin alias Samil, tewas, sementara Ali Kalora kena tembak di kaki.

Ali Kalora dan Jaka Ramadan pun melompat ke jurang dan melarikan diri dari kejaran aparat.

Beberapa bulan setelahnya, 11 Juli 2021, Tim Tricakti 3 Koopsgabsus TNI menundukkan Qatar dan Rukli. Dua teroris itu tewas dalam operasi senyap yang dilakukan oleh TNI di wilayah perbukitan dan pedalaman hutan di Tokasa, Tanalanto, Kabupaten Parimo.

Tim Analis Koopsgabsus TNI menyebut Qatar merupakan eksekutor utama teroris di Poso.

"Dia dipanggil Amir atau pimpinan dalam jaringan kelompok teroris tersebut," kata Tim Analis.

Qatar dan Ali Kalora membentuk dua kelompok berbeda selama masa pengejaran karena ada dugaan perpecahan di internal MIT.

Enam hari setelah operasi di Tokasa, Satgas Mandago Raya TNI dan Polri menembak mati Abu Alim, yang sempat loncat ke jurang untuk melarikan diri.

Abu Alim disergap oleh aparat di Batutiga, Torue, Parimo, pada tanggal 17 Juli 2021.

Terakhir, pasukan TNI dan Polri pada tanggal 18 Juli 2021 juga memastikan Ali Kalora dan Jaka Ramadan tewas tertembak di Dusun Astina, Balinggi, Parimo.

Baca juga: Prajurit TNI berhasil evakuasi dua jenazah teroris Poso

Baca juga: Heli Caracal dikerahkan untuk evakuasi jasad dua teroris MIT Poso


 

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021