Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, mengatakan bahwa kemitraan keamanan trilateral yang terjalin antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat melalui kesepakatan pembelian kapal selam bertenaga nuklir, tak akan memperkuat stabilitas dan perdamaian di kawasan.

“Kami telah melihat rencana yang diumumkan oleh Australia untuk membangun kapal selam tenaga nuklir sebagai bagian dari kemitraan keamanan ini. Tentu saja ada beberapa aspek dari perkembangan ini,” kata Dubes Vorobieva dalam konferensi pers yang diselenggarakan dari Jakarta, Rabu.

Aspek pertama yang diperhatikan oleh Rusia, lanjutnya, adalah pembentukan kerja sama dengan struktur yang eksklusif di Asia Pasifik, seperti ‘the quad’ (beranggotakan AS, India, Jepang dan Australia), dan kemitraan trilateral yang baru ini, tak akan memperkuat stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia-Pasifik.

“Karena contoh-contoh tersebut bukanlah struktur atau organisasi yang inklusif di mana semua negara dapat berpartisipasi, ini semacam klub eksklusif untuk beberapa negara saja, tentunya struktur semacam ini tak akan membawa perdamaian dan keamanan di kawasan,” katanya.

Baca juga: Indonesia khawatir ketegangan meningkat di Indo-Pasifik karena AUKUS

Selain itu, Rusia juga turut memperhatikan komitmen Australia terkait pemenuhan kewajiban non-proliferasi nuklir.

“Kami berharap Canberra memastikan kerja sama antar-badan yang penting untuk memastikan tak ada risiko-risiko proliferasi nuklir,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia meyakini bahwa kemitraan baru itu tak dapat berkontribusi dalam memastikan sentralitas ASEAN dalam urusan regional.

“Kita tahu bagaimana sikap negara-negara ASEAN dan keinginan mereka untuk bebas dari nuklir,” ujarnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, AS, Inggris, dan Australia telah mencapai kesepakatan keamanan trilateral, di mana AS dan Inggris akan memberikan Australia teknologi kapal selam bertenaga nuklir.

Dikutip dari Reuters, kesepakatan itu telah memicu kemarahan Prancis, karena Australia membatalkan pesanan kapal selam konvensional senilai puluhan miliar.
Baca juga: Filipina dukung kesepakatan AUKUS untuk hadapi China
Baca juga: Indonesia perlu pro aktif sikapi Aliansi Militer AUKUS


Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021