menggunakan metode molecular docking
Yogyakarta (ANTARA) - Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) meneliti potensi alga cokelat (ecklonia cava) sebagai antiviral atau antivirus karena diketahui memiliki senyawa aktif yang bisa menghambat proses replikasi virus.

"Kami melakukan penelitian dengan simulasi interaksi senyawa aktif alga cokelat dengan protein COVID-19 dengan metode docking," kata Ketua Tim Peneliti Mumu Mujtahid Fatwa dalam keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Kamis.

Mumu bersama rekan satu fakultasnya di MIPA UGM yakni Lusiana Dwi Setiya Rini, Anadea Salsabilla Rahma, serta Kintan tergerak meneliti alga cokelat sebagai antivirus berawal dari keprihatinan akan wabah COVID-19 yang tak kunjung mereda, bahkan terus bermutasi dan memunculkan varian baru.

Sementara dari penelitian terdahulu oleh Park dan rekannya pada tahun 2013 mengenai bahan alam ecklonia cava atau ganggang cokelat memiliki senyawa aktif yang dapat menghambat proses replikasi dikarenakan terjadi interaksi dengan enzim 3CL(Pro) dari virus SARS-CoV.

"Mengetahui terjadi persamaan susunan enzim dari SARS-CoV dengan SARS-CoV-2 kami melakukan studi interaksi senyawa aktif dari ecklonia cava dengan protein target SARS-CoV-2 menggunakan metode molecular docking," urainya.

Baca juga: LIPI kirim sampel obat antiviral COVID-19 ke Kyoto untuk uji in vitro
Baca juga: LIPI harapkan obat herbal antiviral COVID-19 bisa uji klinis


Di bawah bimbingan Mokhammad Fajar Pradipta, S.Si., M.Eng, pemilihan metode molecular docking dilakukan karena dapat melakukan prediksi efektivitas interaksi molekul secara komputasi. Langkah tersebut dapat mengurangi risiko kegagalan dan biaya yang diperlukan lebih sedikit.

Mumu menyebutkan bahwa alga cokelat yang keberadaannya cukup melimpah di Indonesia ini telah diidentifikasi sebagai sumber senyawa bioaktif yang beragam dan memiliki potensi yang baik dalam bidang farmasi serta biomedis.

Alga jenis ini banyak diteliti karena efek medisinal dari komponen aktifnya yang meliputi caroteniod, fucoidan, dan phlototannin.

Setelah melakukan pengelompokan beberapa senyawa aktif dari bahan tersebut sesuai dengan potensi inhibisi (menghambat), diperoleh tiga kandidat yaitu eckol, 2- phloroeckol, dan dieckol yang digunakan dalam proses interaksi dengan protein target menggunakan metode molecular docking.

Baca juga: Herbal untuk terapi tambahan pasien COVID-19 masih dalam penelitian
Baca juga: SEAMEO Biotrop penelitian minyak atsiri untuk tangani COVID-19


Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi molecular docking molekul berhasil dilakukan dalam menghambat protein target 3CLPro SARS-CoV-2 dengan ligan kandidat yang meliputi eckol, 2- phloroeckol, dan dieckol menunjukkan afinitas tinggi terhadap binding pocket 3CLprotease SARS-CoV-2.

Free binding energy minimum yang diperoleh dari hasil redocking meliputi, -3,15 kkal/mol; -4,80; dan -6,94 kkal/mol. Dieckol memiliki free binding energy minimum yaitu -6,94 kkal/mol, sehingga dapat dijadikan sebagai obat yang memiliki kesesuaian dengan obat antiviral dan antimalaria yang ada.

"Dieckol memiliki aktivitas inhibisi yang sangat baik. Bukan hanya itu kami pun melakukan analisis dengan melakukan penyesuaian ikatan yang terlibat dengan obat antiviral dan antimalaria yang ada. Terjadi kemiripan yang merepresentasikan bahwa senyawa aktif tersebut dapat diteliti lebih lanjut dengan melakukan uji pre-klinis dalam memantau aktivitas inhibisi," kata dia.

Baca juga: Menko PMK tawarkan bantuan ke Unair dukung penelitian obat COVID-19
Baca juga: Pemprov Jatim dukung penelitian Unair temukan obat penawar COVID-19
Baca juga: Lamongan dijadikan salah satu pusat penelitian obat COVID-19

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021