Kalau sudah dua periode, biasanya sudah masuk ke zona tersebut, dan bisa saja kita lalai
Jakarta (ANTARA News) - Dekan Fakultas Matematika dan IPA Universitas Tanjungpura Pontianak, Prof Dr Thamrin Usman DEA bertekad menjadikan perguruan tinggi negeri itu sebagai lembaga penjual layanan pendidikan bermutu selama menjadi rektor empat tahun mendatang.

"Sederhana saja, Untan kembali ke bisnis inti sebagai penyedia layanan pendidikan yang bermutu dan berkualitas," kata Thamrin Usman di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu.

Saat rapat tertutup Senat Untan di Pontianak, Kamis (10/2), Thamrin mendapat 45 suara. Ia unggul suara dibanding rektor saat ini, Prof Dr Chairil Effendi yang mendapat 39 suara. Satu calon lain, Ir Syafruddin AS, hanya mendapat satu suara.

Serah terima sebagai rektor rencananya dilakukan pada 17 April mendatang dengan masa kerja empat tahun.

Menurut Thamrin, upaya mengembalikan Untan ke bisnis dasar lembaga pendidikan tersebut merupakan bagian dari program jangka pendek.

Ia mengungkapkan, ada delapan standar nasional pendidikan untuk penilaian suatu perguruan tinggi.

Misalnya bagaimana kompetensi lulusan, terserap baik atau tidak. Kemudian, lanjut dia, berapa lama setelah wisuda lulusan dari perguruan tinggi tersebut diterima di dunia kerja.

"Gaji yang diterima, memenuhi standar atau tidak. Ini yang menjadi bagian dari standar tersebut," kata Thamrin Usman.

Ia menambahkan, untuk mendapatkan lulusan yang seperti itu, harus melihat proses pendidikan serta standar isi yang digunakan maupun tenaga pendidik.

Proses pendidikan, kata dia, apakah metode atau pembelajaran yang dilaksanakan selama ini sudah berlangsung dengan baik atau tidak.

Selain itu, lanjut dia, misalnya penggunaan in focus atau alat peraga lainnya untuk memudahkan mahasiswa dan dosen berinteraksi serta mengembangkan ide-ide kreatif. Sementara untuk standar isi, kurikulum sudah sepatutnya berbasis kompetensi.

"Untan belum menerapkan ini, kecuali di Fakultas Kedokteran," kata dia.

Thamrin Usman mengatakan, standar tenaga pendidik juga perlu ditingkatkan. Ia menargetkan paling tidak tiap jurusan yang ada di Untan terdapat satu orang profesor.

"Sekarang, masih banyak yang minim. Misalnya saja di MIPA, hanya satu yang profesor, saya sendiri. Sedangkan untuk profesor bidang kimia di Untan, baru dua orang yang bergelar S3," kata Thamrin yang mengambil gelar S2 dan S3 di ENSCT-INP Toulouse, Perancis itu.

Kondisi ini, kata ayah tiga anak ini, yang membuat Untan "lemah". Terkait hal itu, ia menargetkan pada tahun pertama menjadi rektor akan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan serta kualitas tenaga dosen dengan harapan tiga hingga empat tahun sudah terlihat hasilnya.

Ia juga siap mencari insentif untuk dosen yang mau kuliah lagi.

"Tetapi ini diberikan ke dosen yang tepat guna dan sasaran, dalam artian pendidikan lanjutan yang ditempuh harus linier dengan bidang kerja dan latar belakang pendidikan," kata Thamrin Usman.

Cukup Sekali
Ia mengakui, berbagai kebijakan yang akan diambil saat menjadi Rektor Untan mungkin bakal tidak "mengenakkan" bagi sebagian orang. Namun ia siap untuk menerima risiko tersebut.

Sejak jauh hari, ia sudah bertekad untuk tidak menduduki jabatan rektor selama dua periode. "Cukup sekali saja," kata Thamrin Usman.

Baginya, sebagai pimpinan, satu kaki sudah pasti siap menyeret ke dalam penjara kalau tidak hati-hati.

"Makanya, saudara-saudara saya mengingatkan agar berhati-hati menandatangani sesuatu kalau sudah memimpin. Jangan sampai gara-gara satu kata, bermasalah kemudian hari," kata dia.

Ia juga tidak ingin masuk dalam zona kenyamanan saat memimpin. "Kalau sudah dua periode, biasanya sudah masuk ke zona tersebut, dan bisa saja kita lalai," katanya.

Sekaligus ia ingin memberi contoh ke lainnya bahwa jabatan cukup satu kali saja diemban.

Dengan harapan, dapat memberikan yang terbaik serta menjadi catatan emas dalam perjalanan Untan. Untuk itu, selama menjabat, ia mengaku sangat membutuhkan masukan dari mantan rektor Untan. "Saya berencana membentuk Tim Penasehat Rektor, yang terdiri dari mantan-mantan rektor di Untan," kata Thamrin Usman.

Thamrin Usman lahir di Pontianak, 10 November 1962, dari pasangan H Usman A Syukur ( Almarhum ) pensiunan Kanwil Kesehatan Provinsi Kalbar dan Hj Salmah Abdullah.

Ia menempuh pendidikan dasar di SDN 18 Kampung Dalam Pontianak (1974), SMP YPK Pontianak (1977), SMAN 2 Pontianak (1981), S1 Kimia Universitas Gajah Mada (1987), S2 dan S3 Kimia Agroindustri, ENSCT-INP Toulouse, France (1994 dan 1997).

Ia juga memiliki paten yang satu-satunya dimiliki oleh Untan dengan No Paten ID P 0023215 tanggal 06 April 2009, berupa "Metode Transesterifikasi untuk Menghasilkan Biodiesel dengan Katalis Abu Tandan Kosong Sawit".

Saat ini ia juga sedang mengurus hak paten mengenai "Sintesis Biodiesel dari Sludge Oil dengan Metode Esterifikasi Menggunakan Katalis PTSA-Kaolinit".

Ia termasuk yang getol mendirikan Fakultas MIPA Untan dengan lima program studi yakni Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan Sistem Komputer tahun 2002. Begitu juga mendirikan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dengan tiga Program Studi yakni Pendidikan Dokter, Farmasi dan Keperawatan (2010).

Thamrin juga masih menjadi anggota aktif Forum Biodiesel Indonesia.

Ia mengatakan, Indonesia sebagai negara tropis merupakan penghasil energi terbarukan yang lebih variatif. Ia mencontohkan kelapa sawit yang sudah diujicoba menjadi bahan baku biodiesel.

Namun, lanjut dia, energi terbarukan harus dipaksakan realisasinya. "Energi akan menjadi sektor strategis yang berkaitan dengan ketahanan negara," kata Thamrin Usman.

Negara maju mungkin saja unggul dalam teknologi. Tetapi, ia mengingatkan, komoditas andalan untuk menjaga suplai bahan baku, kurang.

"Ini lah keunggulan Indonesia sebagai negara tropis," kata Thamrin menegaskan.
(T011)

Oleh Teguh Imam Wibowo
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011