Chicago (ANTARA) - Harga emas kembali menguat menyentuh level tertinggi satu bulan pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), membukukan kenaikan untuk hari ketiga berturut-turut, karena penurunan dolar dan imbal hasil obligasi AS memungkinkan investor beralih ke emas sebagai lindung nilai inflasi.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 3,2 dolar AS atau 0,18 persen, menjadi ditutup pada 1.797,90 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Rabu (13/10/2021), emas berjangka melonjak 35,4 dolar AS atau 2,01 persen menjadi 1.794,70 dolar AS.

Emas berjangka juga terangkat 3,6 dolar AS atau 0,21 persen menjadi 1.759,30 dolar AS pada Selasa (12/10/2021), setelah terpangkas 1,7 dolar AS atau 0,1 persen menjadi 1.755,70 dolar AS pada Senin (11/10/2021), dan melemah 1,8 dolar AS atau 0,1 persen menjadi 1.757,40 dolar AS pada Jumat (8/10/2021).

Emas juga tampaknya sebagian besar mengabaikan data tenaga kerja mingguan AS yang lebih baik.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (14/10/2021) bahwa klaim pengangguran awal AS turun 36.000 menjadi 293.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 9 Oktober, level terendah sejak pertengahan Maret 2020. Angka tersebut agak membatasi pertumbuhan emas.

"Pedagang dan investor akhirnya menyadari bahwa kenaikan inflasi, secara historis, bullish untuk logam, tidak peduli apa yang dilakukan Federal Reserve," kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals.

Volatilitas lebih lanjut dalam ekuitas bulan ini juga dapat memicu beberapa permintaan safe-haven untuk emas, Wyckoff menambahkan.

Sentimen pasar yang lebih luas tetap rapuh, karena krisis energi global memicu kekhawatiran bahwa lonjakan harga-harga yang dihasilkan dapat memperlambat pertumbuhan.

Harga produsen China mencatat rekor kenaikan tahunan bulan lalu dan harga konsumen AS juga meningkat, mengipasi kekhawatiran bahwa bank-bank sentral mungkin melepas stimulus mereka lebih cepat daripada yang diperkirakan.

Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Tetapi “sekarang kami memiliki sedikit visibilitas tentang apa yang ingin dilakukan The Fed dalam hal tapering, dan itu adalah jumlah yang relatif kecil; itu positif untuk emas,” kata analis independen Ross Norman, menambahkan emas menghadapi resistensi teknis di sekitar 1.800 dolar AS dan 1.835 dolar AS.

Risalah Fed terbaru menunjukkan bank sentral bisa mulai melakukan pengurangan pembelian asetnya pada pertengahan November.

TD Securities mengatakan dalam sebuah catatan bahwa sementara "fokus kuat pada perkiraan keluarnya Fed telah mengabaikan meningkatnya risiko stagflasi," itu belum diterjemahkan ke dalam permintaan emas tambahan.

Namun, ketika krisis energi meningkat, alasan untuk memiliki emas “semakin menarik.”

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 30,7 sen atau 1,32 persen, menjadi ditutup pada 23,477 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 28,10 dolar AS atau 2,74 persen menjadi ditutup pada 1,052,30 dolar AS per ounce.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021