Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika mendukung riset dan pengembangan satelit nano yang saat ini sedang dikerjakan oleh mahasiswa dan akademisi.

"Kehadiran satelit nano karya anak bangsa merupakan kekuatan kita mewujudkan Indonesia yang semakin digital, semakin maju," kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, pada konferensi pers virtual, Senin.

Sekelompok mahasiswa dan dosen di Surya University mengembangkan satelit nano atau cubesat dalam proyek bernama SS1 selama enam bulan belakangan.

Satelit ini sedang berada di tahap uji coba akhir, rencananya perangkat akan dikirim ke Jepang pada Desember dan diluncurkan pada April 2022.

Kominfo dalam proyek satelit nano ini berperan membantu perizinan "filling orbit" satelit ke International Telecommunication Union dan koordinasi internasional lainnya untuk orbit satelit.

"Kami harap, kolaborasi ini dapat menjadi awal yang baik bagi pengembangan teknologi satelit dan roket di Indonesia," kata Johnny.

Baca juga: Kominfo akan panggil KPAI dan Bank Jatim terkait dugaan kebocoran data

Proyek satelit ini juga melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional, melalui Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa sebagai pendamping. Sementara itu, dari sektor privat, Pasifik Satelit Nusantara menyumbang komponen satelit dan Organisasi Amatir Radio Indonesia atau ORARI membantu riset ground segment, elemen satelit yang berada di bumi.

Para akademisi juga dilibatkan dalam proyek ini untuk menguatkan riset penguasaan teknologi satelit.

Perwakilan dari Proyek SS1, Setra Yoman, dalam acara yang sama menjelaskan satelit nano ini berbentuk kubus, ukurannya hanya 10 centimeter.

"Di luar negeri, sudah banyak satelit nano," kata Setra.

Satelit nano biasanya digunakan sebagai alat observasi atau aksesibilitas.

Kominfo melihat riset dan pengembangan teknologi satelit perlu terus didukung karena Indonesia membutuhkan satelit terutama untuk komunikasi.

Hingga 2030, kebutuhan kapasitas satelit telekomunikasi Indonesia diperkirakan sebesar 1TB per detik. Kapasitas tersebut dibutuhkan untuk menghadirkan kecepatan internet 10- hingga 20MB per detik

Saat ini Indonesia baru memiliki 50GB per detik dengan memanfaatkan sembilan satelit, terdiri dari lima satelit telekomunikasi nasional dan menyewa ruang di empat satelit asing.

Untuk memenuhi kebutuhan kapasitas satelit tersebut, Indonesia sedang membangun satelit multifungsi SATRIA-1, berkapasitas 150GB per detik yang diperkirakan bisa beroperasi komersial pada kuartal keempat 2023.

Baca juga: Gunakan aplikasi resmi cegah jeratan pinjol ilegal

Baca juga: Kominfo minta PSE perhatikan keamanan sistem dan data pengguna

Baca juga: Kominfo akan keluarkan putusan resmi terkait data bocor BPJS Kesehatan

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021