Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Indonesia, Ari Kuncoro, berpendapat Hari Sumpah Pemuda ke-93 tahun dapat dimaknai untuk mempertahankan kemerdekaan, kemandirian, kedaulatan, dan menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian demi membangun negeri dalam harmoni keberagaman.

Pandangan itu dia katakan saat memberikan sambutan dalam diskusi publik virtual memperingati Hari Sumpah Pemuda 2021 bertajuk "Semangat Membangun Negeri dalam Harmoni Keberagaman Indonesia" yang diselenggarakan Universitas Indonesia bersama Harmoni Indonesia, Jakarta, Kamis.

Menurutnya, diskusi tersebut merupakan perwujudan sikap cinta Tanah Air.

Baca juga: Makna Sumpah Pemuda bagi pebasket muda Indonesia

“Saya berharap diskusi ini menjadi wadah dalam mentransfer pengetahuan dan menumbuhkan kembali wawasan sikap patriotisme bagi generasi muda. Ini ajang berbagi pengalaman dari para pemuda Indonesia,” ujar dia.

Selain dia, diskusi publik itu dihadiri pula oleh Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) yang juga menjabat sebagai Ketua Harmoni Indonesia, Sidarto Danusubroto. Ia hadir selaku pembicara kunci.

Danusubroto mengatakan peringatan Sumpah Pemuda menjadi momen bagi generasi muda, khususnya mahasiswa untuk menumbuhkan nasionalisme dan semangat juang dalam meraih tujuan bangsa Indonesia, yaitu Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh, serta menuju Indonesia Emas pada 2045.

Baca juga: Anggota DPD dorong pemuda berperan aktif perbaiki negeri

Harmoni Indonesia sendiri merupakan sebuah wadah dan gagasan yang lahir untuk mengharmonisasi segala potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Harmoni Indonesia juga berfokus mempersiapkan bangsa Indonesia untuk menghadapi tantangan pada saat ini, bahkan di masa depan sebagai bagian dari komunitas global.

Kemudian, pembicara kunci yang kedua adalah Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali. Ia mengajak kalangan pemuda untuk membangun kesadaran terhadap keberadaan negara dengan latar belakang keberagaman. Kesadaran tersebut dapat senantiasa menjadi spirit bagi seluruh warga bangsa, khususnya para pemuda sebagai estafet kekuatan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Baca juga: Hari Sumpah Pemuda, momen generasi muda tingkatkan kecerdasan karakter

Menurut dia, kesadaran dari awal perjuangan bahwa negeri ini memiliki ragam perbedaan harus tetap tertanam.

Bangsa ini terbentuk dari rangkaian simpul perbedaan suku, daerah, agama, dan lain-lain, namun tetap terajut dalam persatuan.

"Kita sebagai bangsa diikat dalam perasaan bersama, menyatu dalam perbedaan, kebinekaan kita satukan dengan ikatan yang kokoh. Inilah modal tetap eksisnya NKRI sampai saat ini dan akan terus sampai masa mendatang," ujarnya.

Baca juga: Ketua DPD dorong mahasiswa ikut pikirkan masalah bangsa

Beralih pada sesi pembagian materi oleh narasumber, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN), M Arsjad Rasjid, menekankan pentingnya kepemimpinan yang memiliki nilai authenticity, spirituality, dan agility (ASA).

Menurut dia, seseorang harus autentik atau menjadi dirinya sendiri, bukan berpura-pura menjadi orang lain. Mereka juga harus menemukan tujuan hidup dan memiliki nilai-nilai spiritual di dalam dirinya sebagai pedoman.

“Seseorang harus selalu adaptif, daya tahan, dan inovatif. Nilai-nilai ini yang jadi kunci bagi kesuksesan dalam menghadapi perubahan-perubahan termasuk situasi yang datang tanpa terkira, seperti pandemi ini,” katanya.

Kemudian, Kepala Badan Pengawas Obat Makanan, Penny K Lukito, mengatakan, pandemi Covid-19 semakin menyadarkan masyarakat untuk membangun bangsa yang kuat dan bisa bekerja sama dengan pihak lain.

Baca juga: Bendera Merah Putih raksasa dibentangkan di Jalan Kramat Raya

“Pandemi Covid-19 juga memberikan hikmah, menyadarkan kepada kita tentang pentingnya penguatan kesehatan nasional dan pentingnya secara individu menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya daya tahan tubuh,” kata Lukito.

Ia menambahkan masa pandemi juga menguatkan kebutuhan terhadap kemandirian memproduksi obat dan vaksin. Ia menilai Indonesia harus mampu mandiri dalam produksi vaksin yang dikembangkan dan diproduksi sendiri sehingga bisa keluar dari pandemi dan krisis ekonomi.

Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, ikut pula menyampaikan materi tentang keberagaman di Indonesia yang harus dikelola secara baik.

Dengan begitu, masyarakat bisa saling melengkapi dan mewujudkan kehidupan yang rukun, damai, dan menghindari adanya pihak yang merasa superior di antara yang lain.

“Perbedaan ini harus mendapatkan ruang yang cukup untuk berekspresi dan memunculkan eksistensinya. Karena melalui ruang ini, bisa dibangun kesadaran hidup bersama agar masing-masing yang berbeda-beda ini tidak tumbuh egoisme yang kemudian menganggap dirinya paling superior dan merasa memiliki privilege, sementara yang lain tidak,” tuturnya.

Baca juga: Museum Sumpah Pemuda gelar upacara bendera

Selain narasumber di atas, diskusi publik ini juga menghadirkan para narasumber milenial.

Mereka adalah Direktur Pengembangan Bisnis dan Inovasi Mustika Ratu, Kusuma Ida, Direktur Nasional Gusdurian Network Indonesia, diplomat Selwas Taborat, atlet sepatu roda PON XX, Barijani Mahesa Putra, dan peneliti Abdurahman Wahid Center for Peace and Humanities, Sarah Monica.

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021