Kita harus tetap meningkatkan upaya pemantauan hotspot secara intensif
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengatakan selain melakukan langkah mitigasi bencana hidrometeorologi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan selama serta usai fenomena La Nina.

"La Nina itu curah hujannya berlebihan, tapi faktanya berdasarkan analisis BMKG biarpun kondisi La Nina biasanya ada daerah-daerah tertentu di wilayah kita yang justru mengalami adanya kekeringan sehingga kita tetap harus waspada selama La Nina kemungkinan terjadinya karhutla," kata Wamen LHK Alue di Rapat Koordinasi Antisipasi La Nina yang diadkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dipantau virtual dari Jakarta pada Jumat.

Alue menjelaskan bahwa Indonesia mengalami penurunan tingkat titik panas atau hotspot dalam beberapa tahun terakhir pada 2019 tercatat 1.649.258 titik panas yang turun menjadi 296.942 pada 2020 dan 229.978 sampai dengan pertengahan 2021.

Usaha pencegahan dilakukan dengan analisis iklim dengan intervensi menggunakan teknologi modifikasi cuaca dilakukan ketika memasuki masa-masa kritis.

Pihaknya juga terus memantau kondisi cuaca harian serta peringatan dini kebakaran hutan dan lahan yang dikeluarkan BMKG.

Baca juga: KLHK perkuat tiga strategi cegah kebakaran hutan dan lahan

Baca juga: Pantau Gambut ajak jaga habitat satwa langka di Hari Binatang Sedunia


Dia mengatakan bahwa Dirjen Penegakan Hukum (Gakkum) KLHK tengah memonitor kondisi hotspot yang berada di lahan-lahan konsesi dan diberikan peringatan jika terdeteksi adanya titik panas di lahan mereka.

Pihaknya juga mengantisipasi titik api yang berada di lahan gambut yang mengalami kondisi terdegradasi, membuatnya lebih mudah terbakar, yang diatasi dengan langkah pembasahan.

"Tentu kita harus tetap meningkatkan upaya pemantauan hotspot secara intensif khususnya pada daerah yang rawan kahurtla disertai verifikasi hotspot itu di lapangan," tegas Alue.

Patroli pencegahan juga terus ditingkatkan terutama di sekitar Januari-Maret 2022 terutama Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Kalimantan Barat. Peningkatan patroli pada April-Juni 2022 dilakukan di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan serta Agustus-Oktober 2022 di seluruh provinsi rawan kebakaran hutan dan lahan.

BMKG sendiri melakukan monitor adanya fenomena La Nina lemah sampai akhir tahun dan kondisi itu akan terus bertahan sampai Februari 2022 dengan level menengah. Fenomena La Nina berpotensi meningkatkan curah hujan yang mendorong juga peningkatan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.

Baca juga: Menteri LHK: MPA Paralegal upaya pengendalian kebakaran hutan di tapak

Baca juga: KLHK siapkan solusi permanen penanganan kebakaran hutan


 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021