TPID terus berupaya melakukan pengendalian inflasi di daerah itu hingga akhir tahun dalam rangka menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi di tengah Pandemi COVID-19, salah satunya lewat toko tani
Padang (ANTARA) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat menilai keberadaan Toko Tani Indonesia Centre (TTIC) cukup efektif dalam mengendalikan inflasi di daerah itu karena bisa menjaga harga komoditas pangan strategis terkendali.

"TPID terus berupaya melakukan pengendalian inflasi di daerah itu hingga akhir tahun dalam rangka menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi di tengah Pandemi COVID-19, salah satunya lewat toko tani," kata Deputi Direktur Bank Indonesia perwakilan Sumbar Gunawan Wicaksono di Padang, Selasa.

Menurut dia, melalui inovasi penjualan yang dilakukan Toko Tani secara online juga mendorong kelancaran distribusi bahan pangan terutama pada masa pandemi ketika kebijakan PSBB dan PPKM diterapkan.

"Nilai transaksi penjualan bahan pangan secara online tercatat terus meningkat didukung oleh sarana prasarana mobil keliling dan kerja sama perusahaan transportasi online," kata dia.

Ia menilai optimalisasi peran TTIC dalam pengendalian inflasi perlu terus ditingkatkan, salah satunya melalui penyelenggaraan kegiatan operasi pasar murah dari Dinas Pangan dalam bentuk 14.000 paket sembako bersubsidi 50 persen yang didistribusikan kepada masyarakat kalangan menengah ke bawah di wilayah Sumatera Barat.

Sementara itu, program unggulan Kabupaten Tanah Datar menyasar pada sisi hulu dalam pengembangan komoditas unggulan cabai merah dan bawang merah yang merupakan komoditas utama penyumbang inflasi di Sumatera Barat.

Sebelumnya berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik Sumbar Indeks Harga Konsumen (IHK) Gabungan di Sumbar pada Oktober 2021 mengalami inflasi 0,36 persen atau meningkat dibandingkan realisasi September 2021 yang sebesar 0,10 persen.

Inflasi disumbang oleh peningkatan harga pada komoditas cabai merah, minyak goreng, daging ayam ras, dan air kemasan.

Menurut Gunawan komoditas cabai merah mengalami inflasi disebabkan oleh keterbatasan pasokan lokal akibat curah hujan yang tinggi.

Sementara itu pasokan cabai merah dari Pulau Jawa terbatas seiring belum masuknya masa panen raya, kata dia

Lalu peningkatan harga komoditas minyak goreng terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas CPO global yang lebih lanjut mendorong peningkatan harga sawit lokal.

Selain itu, keterbatasan pasokan akibat penurunan produksi sawit di tengah cuaca yang buruk juga turut berdampak pada kenaikan harga minyak goreng.

Sementara daging ayam ras mengalami inflasi disebabkan oleh kenaikan harga pakan yang mendorong peningkatan biaya produksi.

Pada air kemasan, inflasi terutama didorong oleh peningkatan harga di tingkat produsen yang mendorong kenaikan harga di tingkat pedagang.

Kelompok lain yang tercatat mengalami inflasi adalah kelompok transportasi dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen .

Inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara dengan andil sebesar 0,12 persen karena peningkatan permintaan di tengah penurunan level PPKM di Kota Padang dan beberapa kota di Sumatera Barat serta sebagian wilayah di Pulau Jawa sehingga lebih lanjut mendorong peningkatan mobilitas masyarakat.

Baca juga: Menko: Perbaikan sektor kesehatan sokong inflasi dan PMI Manufaktur

Baca juga: Kemenkeu: Inflasi berpotensi menguat karena mobilitas meningkat

Baca juga: BPS catat inflasi 0,12 persen pada Oktober 2021

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021